TAKENGON, KOMPAS — Dunia konservasi kembali berduka. Seekor gajah sumatera (Elephas maximus sumatrensis) ditemukan mati di perkebunan warga di Desa Karang Ampar, Kecamatan Ketol, Aceh Tengah, Aceh. Penyebab kematian masih didalami, tetapi ada dugaan gajah itu mati terkena pagar listrik.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Ujang Wisnu Barata, Senin (11/3/2024), mengatakan, tim medis telah melakukan nekropsi terhadap bangkai gajah itu. Agar penyebab kematian terungkap, organ dalam satwa itu harus diperiksa di laboratorium.
Selain melalui proses medis, pengungkapan penyebab kematian juga dilakukan melalui proses hukum. Proses nekropsi melibatkan kepolisian. Ujang berharap keterangan yang dikumpulkan kepolisian dari warga setempat memberikan titik terang penyebab kematian.
Saat ditemukan pertama kali oleh warga, bangkai gajah tersebut ditutupi dengan ranting pohon. Ada luka pada bagian tubuhnya yang diduga bekas sengatan listrik tegangan tinggi.
”Kami mendorong kepolisian (memproses hukum), seperti kasus di Pidie Jaya,” kata Ujang.
Ujang mengatakan, ada dugaan gajah tersebut mati karena terkena kabel listrik yang dipasangi petani di areal perkebunan. Menurut Ujang, perlu sosialisasi lebih masif agar petani tidak menggunakan kabel listrik sebagai pagar perkebunan.
Ujang menuturkan, penanganan konflik satwa di Aceh harus dilakukan bersama dan melibatkan banyak pihak. Pasalnya, saat ini sebagian besar populasi gajah di berada di luar kawasan konservasi.
Sebelumnya, pada Selasa (20/2/2024), seekor gajah ditemukan mati di Desa Aki Neungoh, Kecamatan Bandar Baru, Kabupaten Pidie Jaya. Gajah jantan itu mati karena terkena kabel listrik tegangan tinggi yang dipasangi warga di areal perkebunan. Sementara kasus kematian gajah di Kabupaten Nagan Raya pada Jumat (1/3/2024) hingga kini belum diketahui.
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Aceh mencatat, dalam periode 2019-2023, sebanyak 22 gajah sumatera di Aceh mati. Penyebab kematian beragam mulai dari diburu, terkena kabel listrik, dan sakit.
Ketua Tim Pengaman Flora dan Fauna di Kampung Karang Ampar, Muslim, mengatakan, konflik gajah dengan manusia di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah semakin masif. Kawanan gajah semakin sering masuk ke areal perkebunan warga. Tidak terhitung kerugian ekonomi yang dialami petani.
“Perlu sosialisasi lebih masif agar petani tidak menggunakan kabel listrik sebagai pagar perkebunan.”
Muslim mengatakan, karena konflik tidak kunjung terselesaikan, sebagian petani mengambil inisiatif melindungi kebun dengan memasangi pagar listrik.
”Petani tidak punya modal untuk pengadaan power fencing (kabel listrik tegangan searah), makanya dipasangi kabel biasa,” kata Muslim.
Muslim mendesak BKSDA Aceh, Pemprov Aceh, Pemkab Bener Meriah, dan Pemkab Aceh Tengah untuk lebih serius menangani konflik satwa di daerahnya. Penanganan konflik gajah di sana belum komprehensif. Selama ini, saat kawanan gajah masuk ke kawasan budidaya warga dan petugas menghalau menggunakan petasan. Namun, keesokan harinya gajah tersebut kembali memasuki areal perkebunan
Baca selengkapnya di sumber : https://www.kompas.id/baca/nusantara/2024/03/11/diduga-tersetrum-gajah-sumatra-di-aceh-mati-di-kebun-warga