Siaran Pers Hari Gajah Sedunia, 12 Agustus 2025
Gajah Harga Diri Sumatera

Donny Gunaryadi
Ketua FKGI

Tepat hari ini di setiap tanggal 12 Agustus di berbagai negara di dunia, Hari Gajah Sedunia atau di internasional disebut Global Elephant Day (GED) hadir sebagai pengingat akan pentingnya pelestarian dan perlindungan gajah dunia. Perayaan ini bertujuan untuk menunjukkan betapa bangganya kita manusia dapat hidup berdampingan dengan gajah, mamalia darat terbesar di bumi.

Peringatan Global Elephant Day yang digaungkan tiap tahunnya menjadi penanda gerakan global untuk bekerja membantu gajah dari kepunahan. GED menjadi agenda yang selalu dirayakan oleh organisasi yang peduli akan kelestarian satwa liar di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Jutaan peserta telah menunjukkan cinta dan kepedulian mereka terhadap gajah melalui GED, membuktikan bahwa semua orang di seluruh dunia ingin membantu melindungi makhluk-makhluk luar biasa ini. GED berfungsi sebagai titik kumpul “netral” bagi semua pihak – pemerintah, pengusaha, masyarakat sipil, akademisi dan warga negara—untuk bersatu mendukung konservasi gajah lintas batas.

Kawanan gajah sumatera lanskap Bukit Tigapuluh Jambi – L Andreas Sarwono-FKGI

Peringatan Hari Gajah Sedunia, di Indonesia dilaksanakan dengan mengangkat tema Gajah Harga Diri Sumatera.  Tema ini merupakan cerminan dari bagaimana kita memperlakukan gajahnya. Jika gajah terlindungi, maka kehormatan Sumatera sebagai pulau kaya biodiversitas juga terjaga.  Gajah adalah simbol keagungan alam Sumatera—sebuah spesies payung yang kehadirannya merepresentasikan utuhnya ekosistem hutan tropis. Dalam budaya lokal, gajah dihormati sebagai makhluk bijak, kuat, dan spiritual—bukan sekadar satwa liar.

Kematian gajah sekaligus cermin dari kegagalan kolektif menjaga identitas ekologis dan martabat pulau ini. Kejadian ini menunjukkan bahwa gajah masih belum aman, meskipun memiliki status sebagai spesies kunci dan dilindungi. Tema ini mengajak kita untuk membangun rasa tanggung jawab moral dan ekologis sebagai anak bangsa.

Kita dianugerahi dua subspesies gajah Asia, yakni gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) dan gajah Kalimantan (Elephas maximus borneoensis). Keduanya memiliki status yang perlu mendapat perhatian dengan serius. Sejak 2011, populasi gajah sumatera masih tetap dinyatakan kritis (Critically Endangered) hingga saat ini. Populasi gajah sumatera saat ini diperkirakan tidak lebih dari 1.000 ekor yang hidup di alam. Kantong-kantong besar terus menyusut seiring dengan alih fungsi habitat. Dalam kurun waktu satu generasi gajah (50-75 tahun), tercatat sekitar 70% habitat potensial gajah hilang.

Peta Sebaran Gajah Sumatera (KLHK, 2020)

Inisiatif pemerintah RI untuk mengalokasikan areal konservasi gajah patut diapresiasi. Di Aceh, Presiden RI Prabowo Subianto mengalokasikan wilayah konsesi hutan produksi  beliau untuk areal jelajah gajah. Langkah tegas Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH) mengembalikan 81.000 hektare di Taman Nasional Tesso Nilo dan kawasan hutan produksi di lanskap Bukit Tigapuluh Jambi, serta daerah-daerah lain membuka harapan baru bagi lestarinya populasi gajah sumatera. Niat baik ini harus terus kita dukung sekaligus dikawal karena upaya konservasi gajah adalah sebuah perjalanan panjang.

Sebagai salah satu wadah di masyarakat, Forum Konservasi Gajah Indonesia (FKGI) memiliki peran dalam merajut berbagai elemen masyarakat baik masyarakat, pemerintah, akademisi, sektor usaha, NGO, media, dan kaum muda, ingin menjadikan makhluk raksasa ini diperhatikan dan bermakna yaitu dengan menciptakan hubungan yang harmonis antara gajah dengan manusia.

#GajahBermartabat
#BanggaJagaGajah
#GajahAdalahKita
#SumateraUntukGajah
#JagaRimboJagaGajah