Pemindahan gajah sumatera dari lembaga konservasi Barumun Nagari Wildlife Sentuarry (BNWS) ke Rahmat Zoo & Park dan Pusat Latihan Gajah (PLG) Holiday Resort, akhir September 2025, menarik perhatian publik.
Susilo Ari Wibowo, Kepala Bidang KSDA Wilayah Tiga Padang Sidempuan, BBKSDA Sumatera Utara, mengatakan pemindahan tersebut merupakan upaya menjaga kesejahteraan satwa, sekaligus mendukung keberlanjutan populasi gajah sumatera.
“Ada transportasi, pakan, obat-obatan, tim medis, mahout berpengalaman, serta sarana dan prasarana di lokasi tujuan. Semuanya dipersiapkan dengan matang,” jelasnya, Senin (29/9/2025)
Keputusan pemindahan diambil setelah evaluasi terhadap pengelolaan gajah di BNWS pasca-pandemi COVID-19. Penurunan pengunjung mempengaruhi pendanaan, sehingga kualitas pengelolaan menurun.
Di Sumatera Utara ada beberapa lembaga konservasi yang memelihara gajah sumatera jinak, yaitu BNWS (7 individu), Medan Zoo (1 individu), serta Holiday Resort (4 individu). Dengan dipindahkannya gajah dari BNWS, maka jumlah gajah di Holiday Resort menjadi 7 individu dan di Rahmat Zoo & Park sebanyak 4 individu.
“Ini strategi konservasi distribusi gajah di berbagai lembaga, untuk membangun koloni yang sehat dan terkelola. Dengan begitu, risiko penyakit menular dapat diminimalisir.”
Antar-lembaga juga dapat berbagi pengalaman dan pengelolaan, serta bertukar jantan untuk menghindari inbreeding. “Program pengembangbiakan gajah lebih efektif dan keberlanjutan, sehingga populasi gajah terjaga.”

Pemeriksaan kesehaan gajah dilakukan dokter hewan di BNWS. Foto: Ayat S Karokaro/Mongabay Indonesia
Muhammad Wahyu, Ketua Yayasan Ganesha Aksara Sumatera, mengatakan dalam proposal BNWS 2015-2016 dijelaskan bahwa lembaga konservasi ini mengelola gajah dengan konsep semi alami dengan lahan luas. Namun, metode ini tidak berjalan, terkendala banyak hal. Pada 2023, ada dua individu gajah dipindahkan ke Aek Nauli Elephant Conservation Camp/ANECC
Terkait pemindahan ke kebun binatang, dokter hewan ini mengatakan, ruang gerak gajah menjadi terbatas dan berdampak pada kesejahteraan serta pola perlakuan.
“Pengelola harus berkomitmen dengan prinsip animal welfare. Gajah harus bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari kondisi tidak nyaman, bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit, serta bebas mengekspresikan perilaku dari rasa takut dan tertekan,” jelasnya, Rabu (24/9/2025).
Gajah harus diberikan waktu berjalan mengelilingi batas pengembalaan, sekitar tiga jam dipandu mahout.
“Gajah dimandikan sehari dua kali yaitu pagi dan sore. Aktivitas ini sekaligus memeriksa seluruh tubuh, sembari latihan pengendalian perilaku.”
Untuk pemeliharaan, di manapun lokasinya, harus meningkatkan populasi gajah, sehingga yang dipindahkan harus memiliki jantan dan betina dewasa.
Wahyu mengatakan, diperkirakan gajah di pusat pelatihan di Sumatera sekitar 230 individu. Sementara, di sejumlah lembaga konservasi di Jawa dan Bali, sebanyak 50 individu.
“Untuk meningkatkan populasi maka keragaman genetik harus diperhatikan.”

Empat gajah dari BNWS sudah berada di R-Zoo & Park. Foto: Dok. R-Zoo & Park
Nasib gajah sumatera
Sayuti Malik, Elephant Captive Investigator dari Bio Wildlife, menjelaskan pemindahan gajah di Barumun ke kebun binatang, harus memperhatikan animal welfare. Mereka akan berada di kandang.
“Kehidupan gajah yang selama ini bahagia di alam, akan terbatas,” jelasnya, Jumat (26/9/2025).
Di Barumun, tiga gajah tersisa tidak ada pejantan dewasa. Padahal, tiga betina tersebut sudah pernah melahirkan. Ini akan sangat berbahaya apabila tidak segera diatasi.
Di Aek Nauli, hanya satu gajah jantan siap kawin bernama Bongkar yang berasal dari Barumun. Gajah betinanya dua individu. Sementara di pusat gajah, ada dua gajah remaja Luping dan Manto, yang diperkirakan dua tahun mendatang bisa kawin.
“Untuk mendapatkan keturunan baru, meminjam gajah jantan dewasa siap kawin dari lembaga konservasi lain harus dilakukan. Otoritasnya ada pada BBKSDA Sumut.”
Rahmat Shah, pemilik Rahmat Zoo & Park (R-Zoo & Park), kepada Mongabay melalui WhatsApp pada Sabtu sore (27/9/2025) menyatakan, proses pemindahan empat individu gajah dari Barumun ke tempatnya ditangani manajer dan dokter hewan R-Zoo & Park. Proses penempatan serta perawatan satwa dilindungi ini dilaksanakan sesuai ketentuan lembaga konservasi.
Dia optimis, perkembangan gajah akan baik. Selain itu, untuk proses perkawinan akan didatangkan gajah jantan dewasa, mengingat semua gajah yang dititipkan tersebut betina.
Bayu Anggriawan, Head of Conservation RS Corporation, holding perusahaan yang membawahi Siantar Zoo dan R-Zoo & Park, melalui telepon menambahkan, empat gajah tersebut dua betina dewasa (Poppy dan Ratna) serta dua betina remaja (Lia dan Uli).
“Kami akui ada kelangkaan gajah jantan di Sumatera Utara. Bongkar tidak mungkin dipinjam ke sini karena terlalu agresif. Ada lembaga konservasi di Lampung dan Jawa yang gajah jantannya berlebih, bisa dipinjam. Namun karena gajah dilindungi dan statusnya terancam punah, administrasinya lebih ketat. Kami siap prosesnya.”
Bayu menyatakan, keempat gajah diperlakukan sebagaimana di Barumun. Untuk tempat makan maupun tempat bermain seluas 1.500 meter persegi telah terpenuhi. Di sini, luasnya 1.600 meter persegi.
Selain itu, ada lahan seluas 1.500 hektar berupa kebun sawit, karet, savana serta tumbuh-tumbuhan.
“Kawasan ini dapat digunakan untuk tempat beraktivitas gajah,” jelasnya.
Rezki Indah Siregar, Kepala Tim Humas BBKSDA Sumut, menyatakan total luas lahan R-Zoo & Park adalah 23 hektar.
Malik menambahkan, manajemen kebun binatang hanya boleh membawa gajah di area yang terdaftar pada Kementerian Kehutanan. Apabila mau membawa gajah-gajah itu ke wilayah lain, harus mendapatkan izin pihak otoritas. Manajemen harus mengajukan izin ulang agar tidak ada pelanggaran serta dilakukan survei kelayakan.
“Bila bicara animal welfare, lahan seluas itu bagus untuk aktivitas gajah. Namun, izinnya yang hanya 23 hektar jangan dilanggar, sebaiknya buat pengajuan ulang,” paparnya.
Baca selengkapnya di sumber : https://mongabay.co.id/2025/11/13/mengapa-gajah-sumatera-di-barumun-nagari-dipindah-ke-kebun-binatang/





