Oleh PRADIPTA PANDU | KOMPAS

Pemakaman San Diego Hills di Karawang menjadi tempat peristirahatan terakhir dari Menteri Lingkungan Hidup Kabinet Pembangunan VI 1993-1998 Sarwono Kusumaatmadja. Kontribusi Sarwono bagi bangsa akan terus dikenang.

Sarwono Kusumaatmadja

Menteri Lingkungan Hidup Kabinet Pembangungan VI 1993-1998 Sarwono Kusumaatmadja meninggal di Penang, Malaysia, Jumat (26/5/2023), pada usia 79 tahun karena sakit. Jenazah kemudian diterbangkan dan tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Indonesia, pada Sabtu (27/5/2023). Serah terima jenazah dilakukan dari Kementerian Luar Negeri kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Kemudian, jenazah dibawa ke rumah duka dan disemayamkan di Gedung Manggala Wana Bakti, KLHK, Minggu (28/5/2023), pagi untuk mendapat penghormatan terakhir. Jenazah dibawa dari tempat persemayaman pada pukul 10.00 kemudian dimakamkan di pemakaman San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat. Proses pemakaman dilakukan dengan cara militer.

Selain jajaran pejabat KLHK dan Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar, sejumlah tokoh tampak hadir di tempat persemayaman jenazah. Mereka, antara lain, Wakil Presiden RI 2004-2009 dan 2014-2019 Jusuf Kalla dan Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar Akbar Tandjung.
Sarwono juga menilai bahwa Indonesia perlu meningkatkan target yang lebih ambisius untuk penggunaan energi baru terbarukan (EBT) sebagai upaya penurunan emisi.

Sejumlah tokoh lainnya seperti Wakil Presiden RI 2009-2014 Boediono dan beberapa menteri Kabinet Indonesia Maju juga telah memberikan penghormatan saat jenazah masih berada di rumah duka di daerah Jakarta Selatan pada Sabtu malam.

Sebagai seorang sahabat, Jusuf Kalla sangat menghormati dan berdukacita atas meninggalnya Sarwono. Semasa muda, Kalla mengenal Sarwono sebagai pribadi dan aktivis yang kritis sejak menjadi mahasiswa di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Wakil Presiden RI 2004-2009 dan 2014-2019 Jusuf Kalla turut menghadiri proses persemayaman dari jenazah Menteri Lingkungan Hidup 1993-1998 Sarwono Kusumaatmadja di Gedung Manggala Wana Bakti, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Minggu (28/5/2023).

Sarwono juga dipandang sebagai seorang pemikir yang sangat profesional menjalankan segala tugasnya, baik di bidang lingkungan maupun kelautan. Sifat dan keteladanan dari Sarwono inilah yang dinilai Kalla perlu diwariskan kepada generasi muda Indonesia saat ini.

”Beliau sangat memprioritaskan masalah-masalah lingkungan, termasuk dalam kelompok Adipura. Beliau juga sangat gencar menyuarakan agar negeri ini bisa dibawa ke suatu lingkungan yang bersih,” ucap Kalla seusai mengunjungi persemayaman Sarwono, Minggu.

Ucapan bela sungkawa juga disampaikan Siti Nurbaya. Ia telah mengetahui kondisi Sarwono yang sakit dan harus dibawa ke rumah sakit di Penang sejak 17 Mei lalu. Ia juga sempat menjenguk langsung di Penang pada 25 Mei atau sehari sebelum kepergian Sarwono.

Bagi Siti, Sarwono merupakan salah satu putra terbaik bangsa dan menjadi mentor bagi orang-orang, terutama di jajaran KLHK. Segala masukan Sarwono masih dipertimbangkan karena ia juga seorang yang profesional, penuh pengetahuan, solutif, serta memiliki pandangan atau perspektif dengan spektrum yang sangat luas.

Luasnya pengetahuan dan perspektif yang dimiliki Sarwono membuat dia mampu berbicara berbagai isu tidak hanya lingkungan, tetapi juga sosial dan politik. ”Beliau sangat enak berbicara hak asasi manusia dan korupsi. Sementara untuk lingkungan, iklim, dan isu lainnya juga sudah tidak perlu ditanya lagi,” kenang Siti.

Jenazah Menteri Lingkungan Hidup 1993-1998 Sarwono Kusumaatmadja saat disemayamkan di Gedung Manggala Wana Bakti, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Minggu (28/5/2023). Sarwono dikenal sebagai teknokrat yang memiliki pandangan luas, termasuk soal lingkungan dan perubahan iklim.

Sebelum menjabat Menteri Lingkungan Hidup 1993-1998, Sarwono pernah menjadi anggota DPR periode 1971-1988 dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara 1988-1993. Selain itu, Sarwono juga pernah menjabat Menteri Eksplorasi Kelautan Indonesia (kini Kelautan dan Perikanan) 1999-2001 dan Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) 2004-2009.

Meski tidak lagi menjabat menteri, Sarwono tetap aktif dalam berbagai program di bidang lingkungan dan kehutanan. Sebelum meninggal, Sarwono juga masih mengemban sejumlah jabatan, di antaranya Penasihat Senior Menteri LHK, Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim, dan Ketua Dewan Pertimbangan Adipura.

Siti tidak menampik bahwa kehadiran dan kontribusi Sarwono dalam jabatan yang pernah dia emban tidak akan pernah tergantikan. Akan tetapi, ia memastikan seluruh pekerjaan yang bersifat birokrasi khususnya di KLHK akan terus berjalan seusai kepergian Sarwono.

Pandangan tentang lingkungan

Sarwono merupakan salah satu tokoh yang berperan dalam penyusunan dan pengesahan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Sampai sekarang, aturan tersebut masih menjadi landasan bagi upaya perlindungan sekaligus pelestarian flora dan fauna di Indonesia.

Dalam beberapa kesempatan, pria kelahiran 24 Juli 1943 ini terus menekankan kepada semua pihak bahwa saat ini telah terjadi akselerasi perubahan iklim yang dampaknya dirasakan langsung oleh masyarakat. Berbagai hasil konferensi internasional bahkan dipandang tidak cukup sebagai instrumen pengendalian perubahan iklim.

Sarwono juga kerap menyampaikan pandangannya terkait dengan upaya adaptasi dan mitigasi yang perlu dilakukan dalam menanggulangi perubahan iklim. Namun, upaya tersebut jangan hanya dilakukan di tingkat global, tetapi juga harus sampai ke tingkat lokal.

Sarwono meyakini bahwa upaya pengendalian perubahan iklim di tingkat lokal dari berbagai sektor lebih mampu memperkuat peran komunitas. Sementara pemerintah berperan meningkatkan dan memperkuat upaya dari masyarakat lokal tersebut.

Selain itu, Sarwono juga menilai bahwa Indonesia perlu meningkatkan target yang lebih ambisius untuk penggunaan energi baru terbarukan (EBT) sebagai upaya penurunan emisi. Di sisi lain,Indonesia juga perlu lebih banyak berperan memanfaatkan potensi karbon biru. Perairan yang masuk segitiga terumbu karang merupakan wilayah di Indonesia yang memiliki potensi karbon biru tinggi.

Agar potensi ini dapat dimanfaatkan dengan baik, Sarwono mendorong agar semua pihak terus meningkatkan intensitas studi atau kajian beserta daya jangkaunya di kawasan Indonesia timur. Sebab, kawasan Indonesia timur sampai saat ini masih dipandang sebagai daerah yang tertinggal. Padahal, kawasan tersebut bisa menjadi sumber kemakmuran jika dikembangkan dengan paradigma baru.

Selamat Jalan Sarwono. Kontribusimu akan terus menjadi warisan bagi bangsa ini.