Alih fungsi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit di koridor satwa lindung gajah sumatera di Daerah Aliran Sungai (DAS) Peusangan memicu meningkatnya konflik satwa di Kabupaten Bireuen, Bener Meriah, dan Aceh Tengah. Pengelolaan kawasan perlu dilakukan dengan arif agar aktivitas ekonomi manusia tidak mengancam keberlangsungan hidup satwa lindung.

Pembina Yayasan Aceh Green Conservation (AGC) Suhaimi Hamid, dihubungi Kompas pada Kamis (20/6/2024), mengatakan, konflik gajah di kawasan DAS Peusangan mulai terjadi tahun 2010 setelah konflik bersenjata berakhir. Tahun 2005, Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Pemerintah RI sepakat berdamai. Kombatan GAM yang selama ini bergerilya di hutan keluar dan menjalani kehidupan normal di kampung.

Infografis Sebaran Populasi dan Kematian Gajah Sumatera di Aceh (Kompas.id)

Ketika gerilyawan GAM keluar dari hutan dan tidak ada kontak tembak, pengusaha perkebunan kian langgeng untuk merambah hutan. ”Setelah perdamaian, ekspansi perkebunan kelapa sawit mulai masif. Kawasan yang seharusnya dipertahankan sebagai hutan telah jadi perkebunan,” kata Suhaimi.

Menurut dia, sebagian perkebunan sawit di DAS Peusangan masuk dalam areal jelajah gajah sumatera. Pembangunan kanal di areal perkebunan memutus jalur jelajah satwa liar dengan status terancam punah itu. Hal ini berakibat berubahnya jalur jelajah gajah sehingga menimbulkan konflik dengan masyarkaat.

”Dampaknya, gajah bermigrasi ke areal perkebunan warga, bahkan ke permukiman. Dulu tidak ada interaksi negatif gajah dengan manusia seperti sekarang,” ucap Suhaimi. Ia mengatakan, perkebunan sawit tersebut dibuka tanpa izin alias ilegal. Menurut dia, harusnya aktivitas ekonomi manusia tidak menghancurkan habitat satwa lindung. Di luar penegakan hukum, lanjut Suhaimi, para pelaku usaha perkebunan perlu mengakomodasi kepentingan satwa lindung. ”Manusia harus menyadari bahwa Tuhan menciptakan alam untuk semua makhluk. Kita harus bisa berbagi ruang dengan satwa dan hidup berdampingan,” ujar Suhaimi.

Kawasan DAS Peusangan termasuk salah satu lokasi dengan intensitas konflik satwa yang tinggi. Lokasi lain ada di Kabupaten Pidie, Aceh Timur, dan Aceh Jaya. Konflik gajah di DAS Peusangan menghadirkan ancaman bagi warga dan satwa. Beberapa gajah mati karena diracun, ditembak, dan tersengat pagar listrik. Di sisi lain, beberapa warga tewas karena diamuk oleh gajah.


Sumber : Kompas.id https://www.kompas.id/baca/nusantara/2024/06/20/alih-fungsi-hutan-menjadi-perkebunan-picu-konflik-gajah-sumatera-di-das-peusangan-aceh