Dalam Setahun 4 Gajah Mati di Way Kambas, Terakhir Rubado

LAMPUNG, KOMPAS.com – Seekor anak gajah sumatera (Elephas maximus sumatrensis) ditemukan mati di kawasan hutan Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Lampung Timur.

Kematian anak gajah ini menambah total kematian satwa ikonik Provinsi Lampung menjadi empat ekor dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Humas Balai TNWK, Sukatmoko, mengonfirmasi anak gajah jinak bernama Rubado ditemukan dalam keadaan mati pada Minggu (1/12/2024).

“Benar, ditemukan sudah dalam keadaan mati di sabana wilayah Resort Kuala Penet, Seksi Wilayah III,” kata Sukatmoko saat dihubungi pada Rabu (4/12/2024).

Penyebab pasti kematian anak gajah berjenis kelamin jantan tersebut masih belum diketahui. Namun hasil nekropsi sementara, menunjukkan banyak cacing di dalam perutnya.

“Khawatirnya karena mereka penyakit, semoga bukan penyakit yang bisa menular ke gajah lain,” ujar Sukatmoko.

Saat ini, pihak Balai TNWK masih menunggu hasil uji laboratorium dari sampel-sampel yang telah dikirimkan untuk diperiksa.

Foto Rubado pernah jadi cover konten ig @gajah.indonesia untuk peringatan Hari Gajah Sedunia 2022

Menurut data yang dihimpun dari pemberitaan sebelumnya, kematian gajah di TNWK terjadi sebanyak empat kali dalam satu tahun terakhir.

Pada Minggu, 24 Desember 2023, seekor gajah liar berjenis kelamin jantan ditemukan mati di rawa dekat area pusat latihan gajah (PLG) Way Kambas.

Gajah soliter bernama Dugul itu terpantau dalam kondisi tubuh yang kurus sebelum ditemukan. Selanjutnya, pada Kamis, 29 Agustus 2024, seekor gajah betina bernama Bunga juga ditemukan mati di dalam kawasan hutan TNWK.

Kemudian, pada Minggu, 6 Oktober 2024, seekor gajah liar dewasa ditemukan mati di Resort Toto Projo, Seksi Wilayah II Bungur.

Terakhir, anak gajah jinak bernama Rubado ditemukan mati di Resort Kuala Penet, Seksi Wilayah III pada Minggu (1/12/2024).

 

 


Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Dalam Setahun 4 Gajah Mati di Way Kambas, Terakhir Rubado”, Klik untuk baca selengkapnya di: https://regional.kompas.com/read/2024/12/04/131532478/dalam-setahun-4-gajah-mati-di-way-kambas-terakhir-rubado.

20.000 Hektare Lahan Milik Prabowo Direlakan Buat Gajah Sumatra

Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Prabowo Subianto berkomitmen menyediakan 20 ribu hektare lahan milik sendiri untuk digunakan sebagai tempat konservasi gajah di Sumatra. Komitmen Prabowo disampaikan saat bertemu dengan Raja Charles II dalam rangkaian kunjungan kenegaraan ke Inggris.

Kepala Kantor Komunikasi Presiden Hasan Nasbi menjelaskan bahwa Prabowo menyediakan lahan tersebut untuk memenuhi permintaan organisasi perlindungan satwa World Wide Fund (WWF).

“Pak Prabowo ketika bertemu dengan Raja Inggris, yang ada juga WWF di sana dan WWF, meminta kepada Pak Prabowo untuk ada wilayah konservasi gajah. Waktu itu diminta 10.000 hektare di Aceh untuk wilayah konservasi gajah,” kata Hasan dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (3/12/2024).


Selengkapnya di : https://www.cnbcindonesia.com/tech/20241203074408-37-592844/20000-hektare-lahan-milik-prabowo-direlakan-buat-gajah-sumatra

Terdakwa Pembunuh Gajah Umi di Tebo Dituntut Hukuman 2 Tahun Penjara

SEKATOJAMBI.COM, TEBO – Terdakwa pembunuhan gajah bernama Umi di Desa Semambu, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo, menjalani sidang tuntutan di Pengadilan Negeri Tebo, Kamis (21/11/2024).

Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Tebo menuntut terdakwa, Nazori dengan hukuman 2 tahun penjara dan hukuman denda Rp 50 juta subsider 3 bulan kurungan.

Kasi Intelijen Kejari Tebo, Febrow Soeseno, menyatakan Nazori terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah atas tindak pidana membunuh satwa dilindungi.

“Terdakwa terbukti melanggar Pasal 21 ayat (2) huruf a Jo Pasal 40 ayat (2) UU RI Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya,” ujarnya.

Dalam tuntutannya, jaksa penuntut umum meminta agar terdakwa pembunuhan gajah segera ditahan.

Kasus ini bermula ketika bangkai gajah betina bernama Umi ditemukan dalam kondisi mati di Desa Semambu, Kecamatan Sumay, pada 2 Mei 2024.

Gajah tersebut ditemukan dengan posisi miring di kawasan konsesi PT Lestari Asri Jaya (LAJ) wilayah Tebo, tepat di samping batang sawit.

Penemuan itu menjadi perhatian publik karena gajah merupakan satwa dilindungi dan keberadaannya semakin terancam punah.

Jika tuntutan ini disetujui oleh majelis hakim, sidang selanjutnya akan memasuki agenda pembelaan terdakwa sebelum putusan dijatuhkan.


Selengkapnya di : https://sekatojambi.com/terdakwa-pembunuh-gajah-umi-di-tebo-dituntut-hukuman-2-tahun-penjara/

Kata Saksi Ahli Saat Sidang di PN Tebo, Gajah Umi Mati Karena Kesetrum

TRIBUNJAMBI.COM, MUARA TEBO – Dalam persidangan terkait kematian gajah betina bernama Umi, saksi ahli dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi dihadirkan untuk memberikan kesaksian. 

Gajah Umi ditemukan mati di kawasan konsesi PT Lestari Asri Jaya (LAJ), Desa Semambu, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo.

Di hadapan majelis hakim, saksi ahli menjelaskan bahwa gajah tersebut mati akibat tegangan listrik. 

Meskipun demikian, ia menyatakan bahwa seharusnya gajah tidak sampai mati karena kabel listrik yang dipasang di lintasan gajah seharusnya hanya berfungsi sebagai kabel kejut. 

“Seharusnya tidak sampai mati, hanya kabel kejut,” katanya.

Majelis hakim kemudian menanyakan kepada saksi apakah pernah ada kejadian serupa sebelumnya di mana gajah mati disebabkan oleh tegangan listrik. 

Saksi ahli menjawab, “Sepengetahuan saya, belum ada ya, ini baru pertama kali terjadi.”

Sementara itu, Zuhratus Saleh, Humas BKSDA Provinsi Jambi, menjelaskan bahwa berdasarkan fakta yang ditemukan di lapangan, penyebab kematian gajah tersebut adalah akibat tersengat tegangan listrik.

Untuk diketahui, gajah betina ini ditemukan dalam keadaan mati pada Kamis (2/5/2024), di lokasi sekitar koordinat 1°06’35.8″S 102°21’45.5″E. 

Gajah tersebut ditemukan di samping batang sawit dalam posisi menyamping, dengan bekas luka terlihat di bagian kepala.


Sumber: https://jambi.tribunnews.com/2024/10/31/kata-saksi-ahli-di-tebo-gajah-umi-mati-karena-kesetrum.

Misteri Kematian Gajah di Tebo Terungkap, Pagar Listrik Tegangan Tinggi Lengket Tidak Terpental

TRIBUNJAMBI.COM, MUARO TEBO – Misteri kematian gajah di Desa Semambu, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo, akhirnya terungkap di Pengadilan Negeri Tebo, Kamis (31/10/2024).

Pada Mei lalu, Gajah Sumatera bernama Umi ditemukan dalam kondisi mati di perbatasan Kecamatan Sumay dan Kecamatan Serai Serumpun.

Satwa langka dan dilindungi itu tersetrum aliran listrik pagar kawat.

Dalam sidang, Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Negeri Tebo menghadirkan tiga saksi ahli dalam sidang kasus kematian gajah Umi di kawasan konsesi PT Lestari Asri Jaya (LAJ), di Desa Semambu, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo.

Ada tiga saksi ahli yang dihadirkan di Pengadilan Negeri Tebo, Kamis (31/10).

Di hadapan hakim, saksi ahli dari BKSDA Provinsi Jambi, Rendi Noviandi, menjelaskan gajah tersebut mati akibat tegangan listrik. 

Namun, ia menjelaskan seharusnya gajah itu tidak mati akibat listrik, karena pada dasarnya kabel listrik yang dipasang lintasan gajah hanya kabel kejut.

“Seharusnya tidak sampai mati, hanya kabel kejut,” ujarnya di hadapan majelis hakim.

Majelis hakim bertanya kepada saksi ahli, apakah pernah ada kejadian sebelum nya gajah mati akibat tegangan listrik. 

“Sepengetahuan saya belum ada. Ini baru pertama kali terjadi,” ujarnya.

Sementara itu Zuhratus Saleh, Humas BKSDA Provinsi Jambi, menjelaskan berdasarkan fakta di lapangan. 

“Kalau berdasarkan fakta yang kita temukan di lapangan, penyebabnya karena kena tegangan listrik, tersetrum,” katanya.

Sementara saksi ahli akademisi kelistrikan Yudhi Agussationo menjelaskan, bagaimana proses kabel listrik seharusnya berkerja sehingga menyebabkan kematian gajah betina tersebut.

Di hadapan para majelis hakim, dia menyebut bahwa banyak faktor yang menyebabkan gajah mati diantara besar tegangan, besar arus yang mengalir, berapa lama arus yang mengalir. 


Baca selengkapnya di sumber berita:  https://jambi.tribunnews.com/2024/10/31/misteri-kematian-gajah-di-tebo-terungkap-pagar-listrik-tegangan-tinggi-lengket-tidak-terpental

Kondisi Mengenaskan, BKSDA Jambi Selidiki Penyebab Gajah Mati di Tanjabbar

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI – Seekor Gajah Sumatera ditemukan mati dalam kondisi mengenaskan di Dusun I, Desa Tanah Tumbuh, Kecamatan Renah Mendaluh, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Provinsi Jambi membenarkan penemuan tersebut, Selasa (22/10/2024).

Humas KSDA Provinsi Jambi, Zuhratus Saleh, saat dikonfirmasi pada Selasa malam menyatakan bahwa penemuan gajah mati itu memang terjadi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

“Iya, berdasarkan laporan yang kami terima, lokasinya di Desa Tanah Tumbuh,” ujarnya singkat.

Namun, Zuhratus belum bisa memberikan keterangan rinci mengenai penyebab kematian, jenis kelamin, atau usia gajah tersebut.

“Penyebab kematian belum diketahui. Tim baru akan berangkat besok pagi untuk melakukan penyelidikan di lokasi dan mengumpulkan data yang diperlukan untuk analisis lebih lanjut,” jelasnya.

Sementara itu, ia menambahkan bahwa informasi lebih lanjut baru akan disampaikan setelah tim di lapangan selesai mengumpulkan data.


Sumber: TribunJambi.com dengan judul Kondisi Mengenaskan, BKSDA Jambi Selidiki Penyebab Gajah Mati di Tanjabbar, https://jambi.tribunnews.com/2024/10/22/kondisi-mengenaskan-bksda-jambi-selidiki-penyebab-gajah-mati-di-tanjabbar.
Penulis: Abdullah Usman | Editor: Rian Aidilfi Afriandi

Gajah Liar Ditemukan Mati di TNWK, Penyebab Kematian Masih Diselidiki

SuaraLampung.id – Seekor gajah liar ditemukan mati di dalam hutan Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Kabupaten Lampung Timur, pada Senin (2/9/1014).

Gajah itu ditemukan dalam keadaan sudah tinggal tulang belulang oleh petugas Polisi Hutan (Polhut) di wilayah Seksi 1 TNWK.

Kepala Balai TNWK Zaidi membenarkan adanya kematian gajah liar di dalam hutan TNWK namun tidak memberikan informasi lengkap terkait lokasi dan jenis kelamin gajah dimaksud.

“Silahkan konfirmasi ke Polres Lampung Timur nanti kami disalahkan, karena polres yang mengawal penyelidikan kematian gajah liar salam hutan TNWK,” kata Zaidi kepada Suara.com.

Sementara itu Kasat Reskrim Polres Lampung Timur Iptu Maulana Rahmat Alhaqqi mengatakan anggotanya sedang menunggu hasil autopsi bangkai gajah tersebut untuk mengetahui penyebab kematian gajah.

Hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), pihak Balai TNWK belum bisa menyimpulkan penyebab gajah tersebut mati apakah akibat perburuan atau penyakit.

Menurut Maulana, pihak medis Balai TNWK menyebut usia gajah masih di bawah 15 tahun namun mengenai jenis kelamin belum diketahui.

“Pihak balai juga belum bisa menunjukan jenis kelamin gajah malang itu. Karena masih menunggu dari pihak RS Gajah Balai TNWK,” kata Maulana Rahmat Alhaqqi.

Sebelumnya seekor gajah jinak ditemukan mati di lokasi Pusat Latihan Gajah (PLG) Balai Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Kamis (29/8/2024).

Kepala Balai TNWK Zaidi mengatakan gajah betina dewasa itu ditemukan mati di wilayah PLG pada sore hari. Saat ini kata dia, masih dilakukan pemeriksaan medis oleh dokter hewan.

“Kami belum bisa memberikan keterangan lebih jauh, karena masih dalam proses pemeriksaan oleh tim medis untuk mencari penyebab matinya gajah jinak tersebut,” kata Zaidi.


Sumber : https://lampung.suara.com/read/2024/09/03/195551/gajah-liar-ditemukan-mati-di-tnwk-penyebab-kematian-masih-diselidiki

Gajah Betina 40 Tahun Ditemukan Mati di Taman Nasional Way Kambas Lampung

Liputan6.com, Lampung – Kabar duka datang dari Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Kabupaten Lampung Timur, Lampung. Seekor gajah betina jinak berusia 40 tahun ditemukan mati, pada Kamis malam (29/8/2024).

Jasad mamalia besar bernama Bunga itu pertama kali ditemukan sekira pukul 22.11 WIB ole petugas TNWK tak jauh dari kantor pusat konservasi gajah setempat.

Kapolres Lampung Timur, AKBP Benny Prasetya mengonfirmasi penemuan gajah dalam kondisi mati tersebut.  

Benny menerangkan, menerima laporan informasi terkait kematian gajah tersebut pertama kali dari petugas Pengelola Balai Konservasi TNWK.

“Dari informasi awal ini, petugas gabungan kepolisian, polisi kehutanan, serta Tim Rumah Sakit Gajah TNWK, segera turun ke lokasi kejadian untuk melakukan pemeriksaan dan observasi,” kata AKBP Benny, Senin (2/9/2024). 

Benny menerangkan, gajah betina mati tersebut bernama Bunga berusia sekitar 40 tahun. Mamalia besar tersebut mati dengan kondisi ukuran panjang tubuh 4 meter dan tinggi 2,5 meter.

Dia menambahkan, tim medis yang dipimpin oleh Drh Hesti telah mengambil beberapa sampel bagian tubuh gajah.

“Sampel yang diambil di antaranya sampel kulit, tulang, dan organ bagian dalam gajah untuk dilakukan pemeriksaan neukropsi,” jelas dia.

Pembedahan pada tubuh Bunga juga dilakukan tim dokter hewan untuk mengetahui penyebab kematian gajah tersebut. 

“Malam itu juga tim medis segera melakukan pembedahan, untuk mengambil beberapa sampel bagian organ tubuh, sebagai bahan pemeriksaan Necropcy dan Autopsi untuk mengetahui penyebab kematian gajah tersebut,” tuturnya.

Dia mengatakan, sampel dan organ tubuh gajah yang telah diambil, selanjutnya akan dibawa ke laboratorium forensik, untuk dilakukan pemeriksaan lebih mendalam oleh petugas medis. 

Sementara, bangkai gajah dengan nama latin Elephas maximus tersebut langsung dikuburkan di sekitar lokasi penemuan. 

Sementara itu, Humas TNWK Lampung Timur, Sukatmoko juga mengonfirmasi kabar kematian gajah Bunga tersebut.

Sukatmoko menyampaikan, pihaknya kini masih melakukan pemeriksaan untuk menelusuri penyebab utama kematian gajah ini. 

“Iya, jasad gajah sudah dievakuasi, masih dilakukan pemeriksaan lanjutan guna mengetahui penyebab kematiannya,” tandasnya.


Sumber : https://www.liputan6.com/regional/read/5691298/gajah-betina-40-tahun-ditemukan-mati-di-taman-nasional-way-kambas-lampung

Dulu Kena Jerat, Gajah Fuja Lahirkan Anak Betina

Kampar – Kabar bahagia datang dari dunia konservasi di Riau. Seekor gajah yang dahulu kena jerat saat konflik di Kampar melahirkan anak betina.
Kepala Balai BKSDA Riau Genman Suhefti Hasibuan mengatakan kabar gembira itu datang pada Sabtu (6/4) kemarin. Sekitar pukul 03.30 WIB gajah betina lahir dengan kondisi sehat di PKG Sebanga.

Anak gajah dilahirkan dari indukan gajah bertina bernama Fuja dan jantan Sarma. Anak gajah terlihat lahir dengan normal.

“Anak gajah dilahirkan oleh induk gajah betina bernama Fuja yang berusia 20 tahun dan induk jantan bernama Sarma berusia 25 tahun,” kata Genman, Senin (8/4/2024).

Gajah Fuja sendiri tercatat berasal dari hasil evakuasi akibat jerat satwa pada 2008 lalu. Gajah diselamatkan dan dirawat agar tetap bisa hidup di habitatnya.

Genman menyebut hasil pengecekan dan pengukuran morfometri anak gajah yang dilakukan tim Balai Besar KSDA Riau tinggi badan 75 cm, lingkar dada 97 cm, panjang badan 97 cm dan berat badan 75,5 kg. Lalu, untuk jenis kelamin betina.

“Kondisi induk dan anak gajah dalam keadaan sehat dan menunjukkan vitalitas normal. Tim dokter hewan dan perawat medis satwa dari Balai Besar KSDA Riau terus memantau intensif kondisi kesehatan induk dan anak gajah,” kata Genman.


Sumber : https://www.detik.com/sumut/berita/d-7285255/dulu-kena-jerat-gajah-fuja-lahirkan-anak-betina

Tiga rumah warga Kampar di rusak gajah liar

Kota Pekanbaru (ANTARA) – Sebanyak tiga unit rumah warga di Desa Kota Garo, Dusun 4 Plambayan RT 03811111/RW 008, Kecamatan Tapung Hulu, Kabupaten Kampar, Riau dirusak kawanan gajah liar, Selasa (1/2).

Amukan gajah ini pun dilihat langsung salah satu pemilik rumah yakni Yono dan rumahnya mengalami kerusakan cukup parah.

Yono dalam keterangannya via telepon selulernya kepada media, Kamis, mengatakan, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 20.00 WIB saat melihat langsung sekitar dua ekor gajah merusak rumah Yanto.

Namun ia memperkirakan banyak gajah lainnya, ditandai dari beberapa jejak tapak gajah dari berbagai ukuran di lokasi kejadian.

“Ada sekitar dua ekor, ukurannya besar-besar,” ujar Yono.

Selain rumahnya, rumah Yanto dan Panggabean juga ikut menjadi sasaran dengan kerusakan yang hampir sama.

Selain merusak rumah, kawanan gajah kata Yono juga merusak peralatan rumah tangga sehingga tidak lagi bisa digunakan dan hancur semua.

Yono menceritakan, awal melihat langsung gajah tersebut, karena mencurigai maling masuk ke rumah tetangganya setelah mendengar suara gaduh dari sebelah.

“Saya kira maling, makanya saya datangi rumah di sebelah. Ternyata gajah sedang mengamuk,” kata Yono.

Sebelumnya, lanjut Yono, kawanan gajah tersebut tidak seganas kemarin. Sebab saat bertemu beberapa waktu lalu mereka tidak mengusik dan hanya terlihat memakan buah jengkol.

“Tadi malam itu mereka begitu ganas, makanya istri saya yang sedang masak langsung mengevakuasi diri,” tutur Yono.

Yono mengatakan, untuk sementara waktu mereka mengungsi ke tempat lain dan sambil tetap memperbaiki rumahnya.

Namun, berharap pihak terkait segera mengambil tindakan karena takut mengalami peristiwa seperti di Minas, Siak.

“Kami harap petugas segera mengambil tindakan karena takut mati diinjak-injak, seperti berita yang saya lihat di televisi,” harap Yono.


Sumber : https://www.antaranews.com/berita/2681289/tiga-rumah-warga-kampar-di-rusak-gajah-liar