Polres Gayo Lues bongkar kasus perdagangan sepasang gading gajah

Meulaboh (ANTARA) – Personel Satuan Reserse Kriminal Polres Gayo Lues, Provinsi Aceh bersama petugas Taman Nasional Gunung Lauser (TNGL) Wilayah Blangkejeren membongkar kasus dugaan perdagangan sepasang gading gajah sumatra.

Dalam kasus ini, polisi meringkus seorang pria berinisial AF (39 tahun) warga Ekan, Kecamatan Pining, kabupaten setempat.

“Tersangka kita lakukan penangkapan saat hendak melakukan transaksi penjualan gading gajah,” kata Kapolres Gayo Lues, Aceh, AKBP Setiyawan Eko Prasetya dalam keterangan tertulis diterima ANTARA di Meulaboh, Rabu.

Dalam kasus ini, polisi turut mengamankan sepasang gading gajah yang belum berhasil dijual oleh tersangka AF.

Kapolres Setiyawan Eko Prasetya menjelaskan penangkapan terhadap tersangka dilakukan polisi di kawasan jembatan Desa Pintu Rime, Kecamatan Pining, Kabupaten Gayo Lues, Provinsi Aceh pada Sabtu (22/6) lalu.

Saat akan ditangkap, seorang rekan tersangka AF berinisial MA melarikan diri dengan menceburkan diri ke dalam sungai dari atas jembatan.

Petugas yang melakukan pengejaran terhadap pelaku MA, hingga belum berhasil menemukan pelaku MA.

Setiyawan Eko Prasetya mengatakan sebelum berhasil menangkap salah satu pelaku yang sudah ditetapkan sebagai tersangka, polisi sebelumnya sempat melakukan penyamaran guna untuk mendapatkan informasi terkait gading gajah yang berada di tangan pelaku.


Baca selengkapnya di https://www.antaranews.com/berita/4168557/polres-gayo-lues-bongkar-kasus-perdagangan-sepasang-gading-gajah

Gajah Sumatera Mati Tersengat Pagar Listrik di Kebun Warga Aceh Tengah

Penggunaan pagar listrik tak sesuai standar di perkebunan mengancam satwa lindung dan manusia
Oleh ZULKARNAINI


Sumber Kompas: https://www.kompas.id/baca/nusantara/2024/06/07/gajah-sumatera-mati-kena-pagar-listrik-di-kebun-warga-aceh-tengah


BANDA ACEH, KOMPAS — Seekor gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) ditemukan mati di perkebunan warga di Desa Karang Ampar, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh. Kematiannya diduga akibat tersengat kawat beraliran listrik tak sesuai standar aman yang terdapat di kebun.

Ketua Tim Pengamanan Flora Fauna (TPFF) Karang Ampar Muslim dihubungi pada Jumat (7/6/2024) mengatakan, gajah tersebut tewas pada Kamis malam. Gajah didapati tergeletak tak bernyawa pada Jumat sekitar pukul 10.00 WIB.
Tidak jauh dari bangkai gajah tersebut terdapat kawat listrik yang dipasang mengelilingi kebun. Muslim menduga gajah itu mati karena tersengat aliran listrik bertegangan bolak balik.

”Gajah ini jenis kelaminnya jantan. Gadingnya sekitar 3 sentimeter,” kata Muslim.
Muslim mengatakan, TPFF bersama aparatur desa telah mengimbau warga agar tidak menggunakan pagar listrik sebagai penghalau hama di kebun, tetapi tidak semua warga patuh.
”Apa boleh buat, masyarakat sudah kami tegur untuk tidak memasang listrik. Saat ini, gajah masih berkeliaran di perkebunan,” kata Muslim.
Muslim mengatakan, konflik gajah dengan manusia di Ketol belum tertanggulangi. Selama ini warga hanya melakukan penghalauan menggunakan petasan. Perkebunan warga yang berbatasan dengan hutan mengalami kerusakan karena terinjak gajah.

Kematian gajah karena kabel listrik adalah kasus yang berulang. Pada awal Maret 2024, satu gajah dewasa juga mati di Desa Karang Ampar. Sebelumnya, pada Februari 2024, peristiwa serupa terjadi di Desa Aki Neungoh, Kecamatan Bandar Baru, Kabupaten Pidie Jaya. Sementara pada 2020, sebanyak lima gajah mati sekaligus karena tersengat listrik di kebun sawit.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Ujang Wisnu Barata mengatakan, pihaknya melihat masifnya kematian gajah karena tersetrum. Maka, perlu upaya serius untuk menertibkannya.
Sebenarnya, Kepolisian Negara RI dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah mengeluarkan surat larangan dan penertiban pemasangan pagar listrik di perkebunan. Namun, di lapangan tindak lanjut masih lemah.

”Sepertinya perlu operasi penertiban pagar listrik arus tinggi. Kita rancang nanti secara lebih komprehensif,” kata Ujang.
Ujang mengatakan, selain sosialisasi dan penertiban, penegakan hukum juga perlu diperkuat. Dalam beberapa kasus kematian gajah karena listrik, pemasang atau pemilik kebun ditetapkan sebagai tersangka.
”Kasus serupa di Pidie Jaya tersangka sudah naik sidang. Semoga setimpal dan ada efek jera,” kata Ujang.
Ujang mengatakan, saat ini timnya sedang turun ke Karang Ampar untuk melakukan identifikasi kematian gajah.
Ujang menuturkan, penanganan konflik satwa di Aceh harus dilakukan bersama dan melibatkan banyak pihak. Pasalnya, saat ini sebagian besar populasi gajah berada di luar kawasan konservasi.


Baca selengkapnya di https://www.kompas.id/baca/nusantara/2024/06/07/gajah-sumatera-mati-kena-pagar-listrik-di-kebun-warga-aceh-tengah

Warga Kabupaten Aceh Tenggara Tewas Diserang Gajah Liar

Deforestasi dan alih fungsi lahan membuat koridor gajah terganggu sehingga memicu konflik satwa dengan manusia.

Oleh ZULKARNAINI
23 Mei 2024 15:58 WIB

BANDA ACEH, KOMPAS — Saleh (32), seorang warga Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh, tewas setelah diserang kawanan gajah liar saat sedang berkebun, Rabu (22/5/2024) di Desa Sada Ate, Kecamatan Leuser. Interaksi negatif mengancam keselamatan manusia dan keberlangsungan hidup satwa lindung.

Camat Leuser, Kabupaten Aceh Tenggara, Juanda, menuturkan, saat Saleh bersama beberapa petani lain sedang mengumpulkan buah kemiri, tiba-tiba kawanan gajah liar muncul di hadapan mereka. Beberapa saat petani dan gajah saling bertatapan.

Dalam keadaan ketakutan, petani lari menyelamatkan diri, tetapi naas bagi Saleh, belalai gajah meraih tubuhnya, lalu dihempas ke tanah. Saleh berusaha bangkit, tetapi mamalia besar itu lebih kuat. Tubuh Saleh bertubi-tubi dilempar ke tanah. ”Wajah dan punggung korban lebam-lebam. Korban meninggal di lokasi kejadian,” kata Juanda, Kamis (23/5/2024).

Warga menggotong jenazah Saleh (32), korban meninggal setelah diserang gajah liar di Desa Sada Ate, Kecamatan Leuser, Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh, Rabu (22/5/2024). Foto : Juanda/kompas.id

Saleh tidak sempat dibawa ke rumah sakit. Jasadnya baru bisa dievakuasi beberapa jam kemudian setelah kawanan gajah liar menjauh. Jasad Saleh dikebumikan pada Kamis (23/5/2024).

Juanda mengatakan, lokasi kebun milik Saleh berada di pegunungan yang berbatasan dengan kawasan hutan. Selama ini, di kawasan itu memang sering dilintasi oleh gajah, tetapi baru kali ini interaksi dengan gajah memakan korban.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Ujang Wisnu Barata membenarkan ada warga yang tewas karena diserang gajah liar. Namun, belum diketahui lokasi kejadian masuk dalam kawasan hutan atau bukan. ”Kami belum dapat informasi detail terkait lokasi kejadian, ini tim kami sedang menuju ke lokasi kejadian,” kata Ujang.

Ujang mengatakan, kerusakan habitat satwa karena aktivitas manusia di dalam kawasan hutan membuat interaksi negatif semakin masif. Ujang mengajak semua pihak untuk menjaga kawasan hutan agar manusia dan satwa dapat hidup berdampingan.

Kematian Saleh menambah panjang daftar kematian manusia oleh gajah liar. Catatan Kompas sejak 2011 hingga 2024, sedikitnya 10 warga tewas karena diserang gajah liar.

Kepala Divisi Kampanye dan Advokasi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh Afifuddin Acal mengatakan, sengkarut tata ruang membuat konflik satwa lindung dengan manusia tidak kunjung usai. Kawasan yang semestinya menjadi koridor gajah sebagian telah disulap menjadi area perkebunan.
Afifuddin mengatakan, dalam rentang waktu 2019-2023, ada 113 kasus konflik antara satwa liar dan manusia. Satwa yang dimaksud ada gajah, harimau, orangutan, dan badak. Dampak dari konflik itu, sebanyak 3 warga tewas dan 12 orang mengalami luka-luka. Di sisi lain, 22 gajah mati.


Baca selengkapnya dari sumber : https://www.kompas.id/baca/nusantara/2024/05/23/koridor-gajah-terganggu-warga-kabupaten-aceh-tenggara-tewas-diserang-gajah-liar

Pembunuh Gajah Ditangkap di Aceh Utara, Gading Disita di Aceh Barat

LHOKSEUMAWE, KOMPAS.com – Aparat dari Polres Aceh Utara, Provinsi Aceh, menangkap JU pembunuh gajah, di sebuah rumah di Desa Keude Bungkah, Kecamatan Muara Batu, Aceh Utara. Kasatreskrim Polres Lhokseumawe, Iptu Ibrahim menyebutkan, gajah ditemukan mati di Desa Alue Dua, Kecamatan Nisam Antara, Kabupaten Aceh Utara, Sabtu, 23 Maret 2024, sekitar pukul 20.00 WIB. “Setelah serangkaian penyelidikan, kami mengidentifikasi tersangka pembunuhan dan pengambilan gading gajah itu yakni JU,” kata Ibrahim  dalam perbincangan per telepon, Minggu (26/5/2024).

LHOKSEUMAWE, KOMPAS.com – Aparat dari Polres Aceh Utara, Provinsi Aceh, menangkap JU pembunuh gajah, di sebuah rumah di Desa Keude Bungkah, Kecamatan Muara Batu, Aceh Utara. Kasatreskrim Polres Lhokseumawe, Iptu Ibrahim menyebutkan, gajah ditemukan mati di Desa Alue Dua, Kecamatan Nisam Antara, Kabupaten Aceh Utara, Sabtu, 23 Maret 2024, sekitar pukul 20.00 WIB. “Setelah serangkaian penyelidikan, kami mengidentifikasi tersangka pembunuhan dan pengambilan gading gajah itu yakni JU,” kata Ibrahim  dalam perbincangan per telepon, Minggu (26/5/2024).

“Kami berangkat ke Aceh Barat, barang bukti ditanam oleh tersangka di salah satu area perkebunan setempat.” “Barang bukti diamankan dua gading gajah serta satu unit sepeda motor Honda Supra X 125 berwarna hitam,” kata dia lagi. JU dijerat dengan Pasal 40 ayat (2) Jo Pasal 21 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem dengan ancaman hukuman lima tahun penjara. “Pelaku kini ditahan untuk proses hukum berikutnya,” tegas dia.


Sumber :  https://regional.kompas.com/read/2024/05/26/144547078/pembunuh-gajah-ditangkap-di-aceh-utara-gading-disita-di-aceh-barat.

 

Pagar Listrik Ancam Gajah Sumatera

JAMBI, KOMPAS — Puluhan kilometer pagar listrik dibangun mengelilingi kebun-kebun garapan liar dalam konsesi hutan tanaman industri karet di Kabupaten Tebo, Jambi, lebih dari setahun terakhir. Pemasangan yang masif itu disesalkan, apalagi pekan lalu keberadaannya telah menyebabkan gajah sumatera mati.

Seekor gajah betina dewasa bernama Umi ditemukan tewas, Kamis (1/5/2024), diduga tersengat pagar listrik tak sesuai standar. Lokasi terletak dalam konsesi hutan tanaman industri karet di Bentang Alam Bukit Tigapuluh, Tebo, Jambi. Foto-foto : Foto : Kompas.id/Dok BKSDA Jambi

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jambi Donal Hutasoit menyebut, banyaknya pagar listrik dalam kawasan hutan di wilayah itu telah mengancam kesejahteraan dan keselamatan satwa liar, termasuk gajah sumatera. Bahkan, sejumlah pagar diduga dibangun tidak sesuai standar sehingga berisiko menimbulkan kematian bagi satwa yang melintas.

Peta lokasi kematian Gajah Umi.

Pengecekan petugas di lokasi kematian gajah betina dewasa bernama Umi, Jumat (3/5/2024), yang diduga tersengat pagar listrik tak sesuai standar. Lokasi terletak dalam konsesi hutan tanaman industri karet di Bentang Alam Bukit Tigapuluh, Tebo, Jambi, Foto : Kompas.id/Dok BKSDA Jambi

Tim dokter hewan BKSDA Jambi melakukan bedah bangkai (nekropsi). Sampel organ akan dikirim ke Laboratorium Veteriner Bukit Tinggi untuk mencari penyebab kematian gajah Umi. Foto-foto : Dok FKGI

”Dari hasil pengecekan, ada puluhan kilometer pagar listrik yang dibangun mengelilingi kebun-kebun sawit garapan warga. Lebih dari 20 kilometer,” ujar Donal kepada Kompas, Senin (6/5/2024).

Ia menyebut kawasan hutan itu merupakan Bentang Alam Bukit Tigapuluh yang dikelola untuk usaha monokultur karet. Kawasan itu juga merupakan habitat bagi satwa dilindungi, yakni gajah sumatera. Saat ini, gajah sumatera berstatus kritis (critically endangered), yang berisiko tinggi mengalami kepunahan di alam liar. Populasi gajah sumatera di bentang alam itu diperkirakan mencapai 35 ekor.

Menurut Donal, pemasangan pagar listrik semestinya tidak boleh di dalam kawasan hutan. ”Kalau di luar kawasan hutan masih boleh, tetapi harus dengan standar keamanan yang telah diatur,” ujarnya.

Standar aman yang dimaksud, misalnya, dipasang dengan arus listrik satu arah (DC), bukan bolak-balik. Arus satu arah akan mengalirkan listrik putus-putus dan sangat singkat setiap 1,5 detik sehingga memungkinkan satwa tetap aman.

Menurut dia, masifnya pemasangan pagar listrik di kebun-kebun garapan warga dalam hutan itu perlu ditertibkan demi keselamatan manusia dan satwa. Ia peminta agar perusahaan pemegang konsesi lahan bergerak cepat mengantisipasi persoalan tersebut.

Sebab, kata dia, pemasangan pagar listrik diduga membuat gajah betina dewasa bernama Umi tersengat pagar listrik hingga mati.

Sengaja dipasang

Umi diduga kuat mati setelah menerjang kawat pagar listrik yang sengaja dipasang pemilik kebun agar tanaman sawitnya tidak dimakan gajah.

Donal menceritakan, Umi sebelumnya telah dipasangi kalung sistem pemosisi global (GPS) pada Januari 2024. Pemasangan kalung GPS bertujuan untuk memonitor pergerakan rombongan gajah.

Akan tetapi, tim mendapati pergerakan GPS yang tidak wajar pada Rabu (1/5). Awalnya, gajah Umi terdeteksi tidak bergerak. Esoknya, terjadi pergerakan tak wajar pada kalung GPS tersebut.

Gajah Umi saat masih hidup. Terlihat GPS Collar dipasang di leher Gajah Umi (kiri) dan Umi sedang mengasuh bayi gajah (kanan). Foto : Dok FKGI

”Biasanya Umi menjelajah tidak terlalu jauh dalam sehari. Tetapi, kami dapati pergerakan Umi melebihi 1 kilometer pada hari itu ke arah permukiman,” ujarnya.

Keesokan harinya, tim bergerak mengecek lapangan. Di lapangan didapati gajah Umi sudah dalam kondisi mati. Tubuhnya rebah menimpa pagar listrik yang berada di pinggir kebun sawit. Darah keluar dari pori-pori kulit dan pada bagian belalai gajah tersebut.

Dokter hewan Yuli Akmal dari Tempat Penyelamatan Satwa (TPS) Jambi menyebut, ada dugaan gajah Umi tersengat listrik. Untuk memastikan lebih lanjut, pihaknya telah mengadakan nekropsi dan uji laboratorium. Sejumlah sampel diambil berupa hati, limpa, jantung, paru, dan isi usus.

Dari hasil nekropsi didapati isi jantung gajah tersebut buyar yang juga menjadi indikasi tersengat listrik. Lebih lanjut, jantung dan seluruh sampel lainnya dikirim ke Balai Veteriner Bukittinggi.

Kepala Seksi Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah III Faried mengatakan, dari pergerakan kalung GPS yang tidak wajar ternyata didapati kalung diambil oleh warga setempat. Kalung itu dibawa ke permukiman. Warga selanjutnya menghubungi pihak BKSDA untuk melaporkan adanya kematian gajah di kebun.

Sejauh ini, kasus tersebut dalam penyelidikan tim gabungan penegakan hukum. ”Barang bukti telah diserahkan untuk penyelidikan lebih lanjut,” katanya.

Kasus kematian gajah akibat sengatan listrik terus berulang. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh, misalnya, mencatat, selama periode kurun tahun 2019-2023, sebanyak 22 gajah sumatera di Aceh mati. Penyebab kematian beragam, mulai dari diburu, terkena kabel listrik, hingga sakit.


Sumber Kompas : https://www.kompas.id/baca/nusantara/2024/05/06/puluhan-kilometer-pagar-listrik-ancam-gajah-sumatera-di-jambi-satu-tewas

Penjara Gajah di Tepi Kebun Karet Ban Michelin Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ” Penjara Gajah di Tepi Kebun Karet Ban Michelin”, Klik

JAMBI,KOMPAS.com – Mesin-mesin tenaga kuda melaju kencang di Sirkuit Mandalika. Sepanjang balapan Moto GP itu banyak pembalap berjatuhan. Namun Bagnaia beruntung. Cengkraman bannya begitu kuat, bahkan ketika melibas tikungan.

Pembalap Ducati, Francesco Bagnaia, menjadi pemenang balapan di Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika pada Minggu (15/10/2023) itu. Dia menggunakan ban produk Michelin, hingga 2026 mendatang. Namun di balik produk ban berkualitas, ada gajah yang menderita.

Sekitar 1.784.5 kilometer di barat Mandalika, di Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo, Jambi, pinggir Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT), ada salah satu sumber bahan baku pembuatan ban Michelin.

Di sana membentang perkebunan karet yang luas milik PT Lestari Asri Jaya (LAJ), anak usaha PT Royal Lestari Utama (RLU), yang memasok karet untuk Michelin.

Pada saat yang sama, Kompas.com menemukan, di sekitarnya ada hutan yang dihancurkan. Ada habitat gajah Sumatera (Elephas maximus sumatrensis) dikapling-kapling dengan pagar listrik. Oleh karena pagar setrum itu diaktifkan dari senja hingga fajar, setiap malam gajah-gajah merana tersengat listrik. Orang-orang dengan meriam juga mengusir gajah dari habitatnya.

PT RLU berdiri atas inisiatif join ventura antara Michelin Group dengan Barito Pasific. Dengan modal patungan tersebut, mereka mengklaim terdepan dalam mengembangkan karet alam berkelanjutan. Michelin akhirnya mengakusisi RLU sebagai pemegang saham tunggal pada Juli 2022.

Pada tahun 2018, Michelin dan PT Royal Lestari Utama (RLU) menerima obligasi keberlanjutan korporasi pertama di Asia, yakni sebesar 95 juta USD dari Tropical Landscapes Finance Facility (TLFF).

Dengan dana itu, mereka mengembangkan wildlife conservation area (WCA) seluas 9.700 hektare, untuk melindungi gajah Sumatera.

Michelin Group menggelontorkan dana sebesar 5 juta euro kepada LAJ, untuk membuat kawasan ini layak huni bagi gajah.

Masalahnya, sebagian besar kawasan WCA kemudian dirambah lalu ditanami sawit dan karet. Tersisa hutan sedikit dan semak belukar. Konflik gajah-manusia hanya menunggu waktu.

Belum setahun, gajah betina ditemukan terbaring kaku tak jauh dari pondok milik perambah di kawasan WCA. Bagian dinding pondok jebol, miring, dan nyaris ambruk. Tanaman sekitar pondok rusak. Dekat gajah betina yang mati terdapat botol racun rumput.

Kematian gajah baru ditemukan oleh tim mitigasi konflik gajah Frankfurt Zoological Society (FSZ) lima hari kemudian, Rabu siang (8/5/2019). Kondisinya sudah membusuk dan mengeluarkan aroma menyengat. Di sekeliling pondok itu, berserakan pula kotoran gajah di antara tanaman jagung dan cabai yang ditanami perambah.

Tim juga mendapati sisa cairan racun rumput dengan wadahnya yang terserak dekat tanaman. Dokter hewan telah melakukan nekropsi. Penyebab kematian gajah karena minum cairan racun rumput.


Baca selengkapnya di sumber : https://regional.kompas.com/read/2024/02/21/111424978/penjara-gajah-di-tepi-kebun-karet-ban-michelin

Botswana Ancam Kirim 20 Ribu Gajah ke Jerman

Presiden Botswana Mokgweetsi Masisi pada Selasa (2/4) mengancam akan mengirim 20 ribu ekor gajah ke Jerman. Peringatan itu dipicu perselisihan akibat perburuan.

“Jerman harus hidup dengan hewan-hewan itu seperti mereka memberi tahu kami,” kata Mesisi seperti dikutip dari AFP.

“Saya tidak bercanda,” sambung dia.

Mokgweetsi Masisi Foto: PETER KLAUNZER / POOL / AFP

Saat ini Botswana mengalami lonjakan populasi gajah. Bahkan jumlah populasi mamalia itu meningkat sampai 130 ribu ekor.
Botswana sudah menawarkan 8000 ribu ekor gajah ke Angola dan 500 ekor ke Mozambik. Masisi menegaskan, negaranya berhadapan dengan masalah kelebihan populasi gajah.

“Saya ingin memberi Jerman hadiah seperti itu, dan saya tidak mau menerima jawaban tidak,” jelas dia.

Mesisi mendapat sorotan usai menyebut konservasi membuat populasi gajah meledak. Oleh sebab itu, perburuan dianggap sebagai cara menjaga keseimbangan populasi.

Ia pun menyebut, terlalu banyak gajah dapat membuat kerusakan properti hingga tanaman dan ancaman bagi nyawa manusia.

Apa yang dilakukan Masisi mengundang Kementerian Lingkungan Hidup Jerman berkomentar. Mereka mengajukan pembatasan impor hewan buruan atas alasan kekhawatiran meningkatnya perburuan liar.

Menurut Masisi pelarangan itu hanya akan memiskinkan negaranya.

Botswana pernah melarang perburuan pada 2014. Akan tetapi kebijakan itu dicabut pada 2019 lantaran tekanan dari komunitas lokal.

Saat ini Botswana hanya membatasi jumlah perburuan.

BKSDA turunkan tim nekropsi bangkai gajah sumatra di Aceh Utara

Banda Aceh (ANTARA) – Tim dokter hewan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh melakukan bedah bangkai atau nekropsi gajah sumatra (elephas maximus sumatrensis) yang ditemukan di kawasan pedalaman Kabupaten Aceh Utara.

Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Aceh Kamarudzaman di Banda Aceh, Senin, mengatakan nekropsi dilakukan untuk memastikan penyebab kematian satwa dilindungi tersebut.

“Tim sedang melakukan bedah bangkai atau nekropsi di lapangan. Jadi, kami belum menerima hasilnya dan kami belum bisa memastikan penyebab kematiannya. Nanti setelah ada hasilnya, akan kami sampaikan,” kata Kamarudzaman.

Sebelum, warga menemukan bangkai gajah di area perkebunan di Dusun Jabal Antara, Kecamatan Nisam Antara, Kabupaten Aceh Utara, pada Minggu (24/3/2024). Saat ditemukan, gading satwa liar tersebut tidak ada lagi.

Kamarudzaman mengatakan pihaknya tidak bisa menduga penyebab kematian gajah tersebut, apakah mati karena racun atau diburu dan dibunuh untuk diambil gadingnya. Dugaan penyebab kematian baru bisa diketahui setelah ada laporan dari tim nekropsi.

“Gading gajah tersebut hilang. Gading itu hilang apakah diambil setelah gajah tersebut ditemukan mati atau apa pihak tidak bertanggung jawab memburu dan membunuh, kemudian mengambil gajah tersebut. Kami belum mengetahuinya secara pasti,” kata Kamarudzaman.

Gajah sumatra merupakan satwa liar dilindungi. Merujuk pada daftar dari The IUCN Red List of Threatened Species, gajah sumatra hanya ditemukan di Pulau Sumatera ini berstatus spesies yang terancam kritis, berisiko tinggi untuk punah di alam liar.

BKSDA Aceh menyatakan keprihatinan karena masih ada kematian gajah di beberapa wilayah di provinsi itu. Oleh karenanya, BKSDA mengimbau masyarakat untuk bersama-sama menjaga kelestarian alam khususnya satwa liar gajah sumatra dengan cara tidak merusak hutan yang merupakan habitat berbagai jenis satwa, serta tidak menangkap, melukai, membunuh.

Selain itu juga tidak menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup ataupun mati serta tidak memasang jerat ataupun racun yang dapat menyebabkan kematian.

“Semua perbuatan negatif terhadap satwa liar dilindungi tersebut yang dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,” kata Kamarudzaman.


Sumber : https://www.antaranews.com/berita/4027653/bksda-turunkan-tim-nekropsi-bangkai-gajah-sumatra-di-aceh-utara

Gajah Sumatera Ditemukan Mati di Aceh Utara, Gading Hilang

KBRN,Banda Aceh : Seekor gajah sumatera ditemukan mati di area perkebunan di wilayah Kabupaten Aceh Utara, Aceh, Minggu (24/3/2024). Diduga gajah tersebut sengaja dibunuh karena gading gajah dalam kondisi hilang. 

Lokasi penemuan bangkai gajah berada di Dusun Jabal Antara, Kecamatan Nisam Antara, Kabupaten Aceh Utara. Gajah tersebut diperkirakan berusia 3 hingga 4 tahun. 

Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Kamarudzaman mengatakan, pihaknya telah menurunkan tim ke lokasi untuk melakukan penyelidikan. 

“Anggota kita baru pulang dari lokasi penemuan bangkai gajah dan benar ada ditemukan gajah mati dan gading hilang,” kata Kamarudzaman dalam keterangannya kepada awak media.  

BKSDA Aceh telah menurunkan tim dokter untuk menyelidiki penyebab pasti kematian satwa dilindungi tersebut. 

“Malam ini tim dokter hewan kita melakukan nekropsi,” ujarnya. 

Beredar informasi bahwa gajah sumatera tersebut mati karena ditembak. Namun, kabar tersebut belum bisa dipastikan secara benar. 

“Kita belum bisa memastikan, masih menunggu teman-eman dokter untuk melakukan nekropsi,” katanya.


sumber: https://www.rri.co.id/daerah/605740/gajah-sumatera-ditemukan-mati-di-aceh-utara-gading-hilang

Diduga Tersetrum, Gajah Sumatera di Aceh Mati di Kebun Warga

TAKENGON, KOMPAS — Dunia konservasi kembali berduka. Seekor gajah sumatera (Elephas maximus sumatrensis) ditemukan mati di perkebunan warga di Desa Karang Ampar, Kecamatan Ketol, Aceh Tengah, Aceh. Penyebab kematian masih didalami, tetapi ada dugaan gajah itu mati terkena pagar listrik.

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Ujang Wisnu Barata, Senin (11/3/2024), mengatakan, tim medis telah melakukan nekropsi terhadap bangkai gajah itu. Agar penyebab kematian terungkap, organ dalam satwa itu harus diperiksa di laboratorium.

Selain melalui proses medis, pengungkapan penyebab kematian juga dilakukan melalui proses hukum. Proses nekropsi melibatkan kepolisian. Ujang berharap keterangan yang dikumpulkan kepolisian dari warga setempat memberikan titik terang penyebab kematian.

Saat ditemukan pertama kali oleh warga, bangkai gajah tersebut ditutupi dengan ranting pohon. Ada luka pada bagian tubuhnya yang diduga bekas sengatan listrik tegangan tinggi.

”Kami mendorong kepolisian (memproses hukum), seperti kasus di Pidie Jaya,” kata Ujang.

Ujang mengatakan, ada dugaan gajah tersebut mati karena terkena kabel listrik yang dipasangi petani di areal perkebunan. Menurut Ujang, perlu sosialisasi lebih masif agar petani tidak menggunakan kabel listrik sebagai pagar perkebunan.

Ujang menuturkan, penanganan konflik satwa di Aceh harus dilakukan bersama dan melibatkan banyak pihak. Pasalnya, saat ini sebagian besar populasi gajah di berada di luar kawasan konservasi.

Sebelumnya, pada Selasa (20/2/2024), seekor gajah ditemukan mati di Desa Aki Neungoh, Kecamatan Bandar Baru, Kabupaten Pidie Jaya. Gajah jantan itu mati karena terkena kabel listrik tegangan tinggi yang dipasangi warga di areal perkebunan. Sementara kasus kematian gajah di Kabupaten Nagan Raya pada Jumat (1/3/2024) hingga kini belum diketahui.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Aceh mencatat, dalam periode 2019-2023, sebanyak 22 gajah sumatera di Aceh mati. Penyebab kematian beragam mulai dari diburu, terkena kabel listrik, dan sakit.

Ketua Tim Pengaman Flora dan Fauna di Kampung Karang Ampar, Muslim, mengatakan, konflik gajah dengan manusia di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah semakin masif. Kawanan gajah semakin sering masuk ke areal perkebunan warga. Tidak terhitung kerugian ekonomi yang dialami petani.

“Perlu sosialisasi lebih masif agar petani tidak menggunakan kabel listrik sebagai pagar perkebunan.”

Muslim mengatakan, karena konflik tidak kunjung terselesaikan, sebagian petani mengambil inisiatif melindungi kebun dengan memasangi pagar listrik.

”Petani tidak punya modal untuk pengadaan power fencing (kabel listrik tegangan searah), makanya dipasangi kabel biasa,” kata Muslim.

Bangkai gajah sumatera di Desa Aki Neungoh, Kecamatan Bandar Baru, Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh, Selasa (20/2/2024).

Muslim mendesak BKSDA Aceh, Pemprov Aceh, Pemkab Bener Meriah, dan Pemkab Aceh Tengah untuk lebih serius menangani konflik satwa di daerahnya. Penanganan konflik gajah di sana belum komprehensif. Selama ini, saat kawanan gajah masuk ke kawasan budidaya warga dan petugas menghalau menggunakan petasan. Namun, keesokan harinya gajah tersebut kembali memasuki areal perkebunan


Baca selengkapnya di sumber : https://www.kompas.id/baca/nusantara/2024/03/11/diduga-tersetrum-gajah-sumatra-di-aceh-mati-di-kebun-warga