Kematian Gajah Sumatera di Merangin Telah Diperiksa BKSDA Jambi, Ternyata Ini Penyebab Kematian

Laporan Wartawan Tribun Jambi Hasbi Sabirin

TRIBUNJAMBI.COM,BANGKO-Kematian gajah Sumatra yang ditemukan oleh warga Desa Telantam, di pinggir sungai Batang Tabir, Kecamatan Tabir Barat, Kabupaten Merangin sudah diperiksa oleh pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi.

Pemeriksaan kematian gajah sumatera itu dilakukan pada hari Sabtu (6/1/24) sekira pukul 12.20 WIB.

Kapolsek Tabir Barat, Iptu Deni Seapudin saat dikonfirmasi membenarkan hal itu, dirinya turut kelokasi kematian gajah Sumatera di Desa Telentam Kecamatan Tabir Barat bersama tim dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi.

Dari kegiatan pemeriksaan kematian gajah Sumatera di Desa Telentam Kecamatan Tabir Barat oleh tim dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi tersebut diperoleh informasi sebagai berikut.

“Gajah tersebut diperkirakan telah mati selama 7 hari.Gajah tersebut berjenis kelamin jantan. Penyebab kematian dikarenakan gajah kelelahan selama terbawa arus banjir di sungai Batang Tabir,” kata Iptu Deni Seapudin Sabtu (6/1/2024).

Ia juga menyebut, kondisi organ gajah telah membusuk dan dimakan belatung, kemudian bagian luar gading gajah telah hilang, gading kanan patah dikarenakan benturan benda keras sementara gading kiri dipotong oleh orang yang belum diketahui identitasnya.

“Sementara sisa gading yang tertinggal diambil dan diamankan oleh tim dari BKSDA Jambi dengan panjang masing-masing kurang lebih 30 cm,” tutupnya.

(Tribun Jambi.com/ Hasbi Sabirin)

Mati Di Jalur Gergaji; Habitat bertuan tak berhutan, langka mundur konservasi Gajah Seblat.

Press Release, 6 Januari 2023

Satu ekor gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) liar ditemukan mati sekitar pukul 11.47 WIB, tanggal 31 Desember 2023. Dengan posisi tertelungkup, gajah ini ditemukan di sekitar koordinat   2°50’2.09″S – 101°39’31.07″E tak jauh dari jalan logging. 

Lokasinya berada dalam  kawasan Hutan Produksi Terbatas Air Ipuh.1 register 65, sekitar 3,5 kilometer dari batas Taman Nasional Kerinci Seblat, di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu.

Perlu dicermati, bahwa kawasan hutan negara yang menjadi habitat gajah ini telah dibebani Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) atas nama PT Bentara Arga Timber (BAT). Melalui Surat keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor  SK.529 tahun 2021 dengan luas konsesi  22.020 hektar. Jenis usaha pemanfaatan hutan untuk kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu hutan alam.

Secara spesifik dari total luasan konsesi PT BAT, wilayah yang  masih dapat disebut hutan hanya 13.968,50 hektar, sisanya sudah habis dikonversi menjadi belukar dan kebun sawit.  Konsorsium Bentang Alam Seblat  mencatat setidaknya ada ratusan  titik sebaran kebun sawit dengan total luas lebih dari 4.566,34  hektar dalam konsesi yang pada tahun 2021 lalu juga ditemukan bangkai gajah.

Berdasarkan analisis Konsorsium Bentang Alam Seblat (KBS) periode 2023, dari 80.978 hektare total luas kawasan Bentang Alam Seblat, tutupan hutannya hanya sebesar 49,7 ribu hektar (61,5%), dan sisanya 31,1 ribu hektar (38,5%) tidak berhutan.

Egi Saputra Direktur Eksekutif Genesis, menyebutkan, bahwa wilayah gajah mati yang hilang caling tersebut berada di areal  RKT (Rencana Kerja Tahunan) PT BAT. Gajah tersebut diperkirakan terdesak akibat maraknya perambahan dan penebangan. Hal ini dibuktikan dengan  lokasi temuan gajah mati tersebut tidak berada di jalur konektivitas.

Sementara Ali Akbar Ketua Kanopi Hijau Indonesia sekaligus Penanggungjawab Konsorsium Bentang Seblat menyatakan,  kondisi tutupan lahan di Bentang Alam Seblat ini menunjukkan tidak seriusnya pemerintah dan pihak perusahaan dalam mengamankan kawasan hutan. Hal  itu dibuktikan dengan tingginya aktivitas perambahan dan penguasaan hutan di Bentang Alam Seblat.

Di Bentang Alam Seblat, lahan tak berhutan itu didominasi oleh perkebunan sawit seluas 15 ribu hektare (48,1%), kemudian semak belukar 7,9 ribu hektar (25,6%), perkebunan perusahaan 5,4 ribu hektar (17,5%), dan lahan terbuka 2 ribu hektare (6,6%).

Dilihat dari data analisis periode 2020-2023,  tutupan hutan Bentang Alam Seblat telah hilang seluas 8,8 ribu hekare.  Tutupan lahan sekunder menjadi yang paling besar, seluas 8,8 ribu hektar. Di mana 5,6 ribu hektar (64,5%) dirambah menjadi lahan pertanian sawit kata Ali

Atas kejadian ini, KBS menyatakan bahwa negara harus membuka informasi secara lengkap atas kondisi hutan dan segera melakukan penindakan terhadap kejahatan satwa gajah, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) harus melakukan tindakan untuk memastikan tidak terjadi lagi kematian gajah non alami, apalagi kematian gajah yang sekarang terindikasi dibunuh. Pada tengkorak bangkai gajah terdapat lubang, diduga akibat tembakan peluru senjata api. Lubang sebesar kurang lebih 1,5 cm itu tembus dari bagian bawah rahang sampai ke os frontalis (tengkorak bagian depan atau dahi).********

 


Kontak Media:

  1. Ali Akbar / Ketua Kanopi Hijau Indonesia;  email:  [email protected]  
  1. Egi Saputra / Direktur Eksekutif Genesis Bengkulu;email: [email protected]   
  1. Alamat: Jalan Sedap Malam 2 No. 17 Nusa Indah, Ratu Agung, Kota Bengkulu. Bengkulu.

Gajah Tak Dikenal Dilaporkan Mati di Bentang Alam Seblat

Menurut Said, lokasi temuan gajah mati yang dilaporkan PT BAT lokasinya cukup jauh, yakni di Hutan Produksi Terbatas (HPT) Air Ipuh 1, cukup dekat dengan Taman Nasional Kerinci Seblat. Diperkirakan informasi dari lapangan baru bisa ia dapatkan esok hari.

“Ada atau tidak ada bangkai gajah yang dilaporkan baru besok (hari ini) infonya. Saya menunggu info selanjutnya dari lapangan,” katanya.

Karena belum menemukan bangkai gajah itu, kata Said, ia belum mengetahui jenis kelamin, usia, maupun dugaan penyebab kematian gajah malang tersebut. Said memperkirakan, akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengetahui penyebab kematian gajah ini. Sebab untuk mengetahui penyebab gajah mati ini harus dilakukan melalui uji laboratorium.

Soal populasi gajah di Bentang Alam Seblat, Said mengaku tidak mengetahui secara pasti jumlahnya. Karena belum ada survei terbaru, dan dirinya tidak berani memperkirakan jumlahnya tanpa data.

Said menuturkan, gajah yang dilaporkan mati tersebut belum dipasangi Global Positioning System (GPS) Collar, sehingga tidak terpantau pergerakannya. Ia menyebut, gajah di Bentang Alam Seblat yang sudah dipasangi GPS Collar hanya gajah yang berada di Hutan Produksi Air Rami. Namun gajah tersebut juga sudah mati.

“Sekarang gajah di Bentang Alam Seblat tidak ada yang terpasang GPS Collar saat ini,” ucap Said.

Bentang Alam Seblat sudah tak sehat bagi gajah

Dihubungi terpisah, Direktur Kanopi Hijau Indonesia, Ali Akbar mengatakan, Bentang Alam Seblat, sebagai habitat tersisa gajah sumatera di Bengkulu, kondisinya kini sudah tidak aman lagi. Sehingga, potensi ancaman terhadap kehidupan gajah di sana juga cukup besar.

“Intinya, habitat gajah di Bentang Alam Seblat memang sudah tidak sehat (bagi gajah) dan rawan gangguan, akibat banyaknya perambahan,” kata Ali, Selasa (2/1/2024).

Ali menjelaskan, kawasan hutan yang menjadi lokasi temuan gajah mati di konsesi PT BAT sudah compang-camping, akibat banyaknya perambahan yang sudah terjadi. Perambahan ini, menurut Ali, terjadi karena PT BAT sempat lama tidak beraktivitas dan membuat kawasan hutan tersebut tidak terkelola, termasuk pengamanannya.

“Dulu mereka (PT BAT) pernah beraktivitas di sana, tapi entah kenapa mereka berhenti, lalu beberapa tahun terakhir mereka beraktivitas lagi. Setelah ditinggal, wilayah ini seperti tak bertuan dan kebun merajalela, bahkan ketika PT BAT kembali beraktivitas, wilayah ini tetap menjadi tempat orang-orang berkebun,” katanya.

Ali berpendapat, PT BAT tampak tak mampu mengatasi perambahan yang terjadi. Meski pernah membuat perjanjian kerja sama (PKS) dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) setempat untuk pengamanan kawasan, namun perambahan tetap terjadi. Padahal, berdasarkan aturan, PT BAT punya tanggung jawab mengamankan wilayah mereka dari ancaman kerusakan.

“Intinya PT BAT tak sanggup mengamankan kawasan ini. Sementara KPHP enggak kuat dan DLHK enggak mampu menegakan aturan,” ujar Ali.

Ali menyarankan agar pemerintah menghentikan segala aktivitas yang menyebabkan kerusakan dan ancaman terhadap gajah di Bentang Alam Seblat, sekaligus melakukan evaluasi terhadap semua izin usaha yang telah diterbitkan, termasuk melakukan tindakan terhadap para perusak lingkungan.

“Para pemegang izin yang tak mau atau tak mampu menjalankan tanggung jawabnya wajib dicabut izinnya. Kemudian petugas negara yang enggak sanggup bekerja dengan baik, wajib disingkirkan,” ujarnya.


sumber : https://betahita.id/news/detail/9707/gajah-tak-dikenal-dilaporkan-mati-di-bentang-alam-seblat.html?v=1704238758

Gajah Sumatera Mati di Sungai Mas Aceh Barat, BKSDA Telusuri Penyebab Kematian

TEMPO.CO, Jakarta – Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Gunawan Alza mengatakan timnya sudah turun ke lapangan untuk menyelidiki penyebab kematian gajah di Sungai Mas Kabupaten Aceh Barat.

“Kami sudah siapkan tim bersama dokter hewan untuk mengecek dan baru kemarin sore meluncur ke lokasi,” kata Gunawan Alza, di Banda Aceh, Rabu, 20 Desember 2023.

Sebelumnya, anak gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) berjenis kelamin betina ditemukan mati oleh warga di bantaran Sungai Krueng Lancong, Kecamatan Sungai Mas, Aceh Barat, Selasa 19 Desember lalu.

Anak gajah yang diperkirakan berusia lima tahun itu ditemukan dalam kondisi tergeletak di pinggir sungai. Diduga kematiannya sudah lama. Di tubuh gajah itu, kulit pada bagian belalai, kedua kaki depan, hingga tubuh terlihat terkelupas.

Gunawan mengaku belum mengetahui pasti kronologi kematian satwa dilindungi tersebut. Dirinya masih menunggu laporan dari tim yang ke lokasi. “Untuk kronologinya kami sedang menunggu laporan dari tim yang ke lokasi,” ujarnya.

Interaksi negatif manusia dan gajah Sumatera dalam catatan BKSDA makin masif mencapai 583 kejadian dalam lima tahun terakhir, adapun sepanjang Januari-Oktober 2023 jumlahnya tercatat sebanyak 85 kejadian.


Baca selengkapnya di https://tekno.tempo.co/read/1812075/gajah-sumatera-mati-di-sungai-mas-aceh-barat-bksda-telusuri-penyebab-kematian

Balai TNWK Turunkan Tim Untuk Pastikan Penyebab Kematian Satu Individu Gajah.

SIARAN PERS Nomor: SP. 2185 /T.11/TU/HMS/12/2023

Balai TNWK Turunkan Tim Untuk Pastikan Penyebab Kematian Satu Individu Gajah.

Tim penanggulangan konflik gajah Seksi PTN Wilayah III Kuala Penet, Taman Nasional Way Kambas (TNWK) menemukan satu individu gajah dalam kondisi telah mati, Minggu (24/12) pukul 13.23 WIB. Hasil pemeriksaan terhadap gajah soliter jantan dewasa bernama Dugul ini tidak ditemukan adanya tanda-tanda bekas senjata atau jerat.

Plt. Kepala Balai TNWK, Hermawan menjelaskan tim melakukan pengamanan TKP. Tim medis pun diturunkan untuk melakukan cek TKP dan neukropsi bangkai gajah untuk mengambil sample organ untuk dilakukan uji laboratorium guna memeriksa penyebab kematian gajah Dugul tersebut.

“Tim RS Gajah BTNWK dipimpin drh. Diah Esti langsung akan melakukan tindakan neukropsi untuk mencari informasi apa yang menyebabkan kematian tersebut,” katanya.

Sebelumnya, gajah Dugul dipasang GPS Collar guna memonitor posisi dan daerah jelajahnya serta mendeteksi konflik secara dini pada 2019 dan awal tahun 2023. Data terakhir menunjukkan Gajah Dugul memiliki Lingkar Dada (LD) 411cm, Tinggi Bahu (TB) : 274 cm dan Berat Badan (BB) 4.304 kg.

Selama pasca pemasangan GPS Collar pergerakan gajah Dugul termonitor ke seluruh kawasan Taman Nasional Way Kambas dan peladangan masyarakat Desa Penyangga sesuai homerangenya. Gajah Dugul juga dikenal gajah yang baik oleh masyarakat desa penyangga, keberadaannya sudah sangat familiar.

Pada tanggal 16-12-2023, jam 05.55 WIB, team patroli penanggulangan konflik satwa Seksi PTN Wilayah III Kuala Penet pulang dari daerah Balian dan melihat keberadaan gajah Dugul dengan kondisi kurus di daerah rawa DCP Resort PTN Margahayu, selanjutnya informasi tersebut di sampaikan ke dokter hewan RSG, team spesies Gajah.

Pasca temuan kondisi gajah Dugul kurus, team melakukan pemantauan posisi dan track melalui aplikasi dan alat telemetri. Selain itu di ambil feses untuk di cek ke laboraturium, hasilnya pemeriksaannya banyak telur cacing baik paramphistomum sp maupun beberapa jenis yg lain.

Sebelum ditemukan dalam kondisi mati, pada tanggal 23-Desember-2023, jam 21.00 wib di aplikasi tracker GPS Collar posisi gajah Dugul terpantau di rawa dekat arena atraksi PLG. Gajah Sumatera merupakan salah satu jenis satwa liar dilindungi di Indonesia berdasarkan Peraturan Menteri LHK Nomor: P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri LHK Nomor: P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar yang Dilindungi. Berdasarkan The IUCN Red List of Threatened Species, Gajah Sumatera berstatus Critically Endangered atau spesies yang terancam kritis, beresiko tinggi untuk punah di alam liar. Selain itu, Gajah sumatera juga merupakan satwa prioritas dan menjadi salah satu prioritas dalam pengelolaan Kawasan TNWK.

Climate Consultants and MEL Consultant

Oxford Policy Management (https://www.opml.co.uk/) is an international development consultancy that work across various areas of social and economic policy and governance and seek to bring about lasting positive change through analytical and practical policy expertise. We are currently looking for several roles to expand our portfolio in Climate Resilience Sustainability and Research and Evidence Practices.

If you’re interested, please see our careers page at: https://www.opml.co.uk/work-with-us/careers and look for Climate Consultants (3 roles at various levels, deadline 15 Dec) or MEL Consultant (1 consultant level, deadline 26 Dec) for Indonesia.

Conservation Science Officer

Wildlife Conservation Society – Indonesia Program is seeking a good candidate for these job opportunity: 

TERMS OF REFERENCE

Posisi                         : Conservation Science Officer
Job Grade                : Band 3 – Class Professional Core
Program/Unit         : Forest Program
Lokasi Kerja.           : Bogor
Durasi Penugasan : 1 tahun

LATAR BELAKANG

Wildlife Conservation Society (WCS) memiliki sejarah yang terkemuka dalam bidang eksplorasi dan penyelamatan hidupan liar di beberapa tempat yang paling terpencil dan liar di Bumi. Wildlife Conservation Society Indonesia Program (WCS-IP) telah tumbuh signifikan selama beberapa dekade terakhir dan berkontribusi dalam mendukung Pemerintah Indonesia, terutama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dalam melestarikan keanekaragaman hayati Indonesia. WCS-IP terstruktur dalam lima program tematik inti: Forests, Marine, Wildlife Trade & Policy, One Health, dan Rights & Communities. Kelima program tersebut didukung oleh unit lintas sektoral yaitu Science & Technology, Conservation Network & Partnership, dan Operations.

Di Sumatera, WCS berfokus pada konservasi tingkat lanskap di sekitar Taman Nasional Gunung Leuser dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, yang merupakan bagian dari Situs Warisan Dunia, Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatera. WCS juga mempunyai kegiatan di Taman Nasional Way Kambas. Ketiga lokasi ini merupakan rumah bagi sebagian besar populasi Badak Sumatera yang tersisa di Indonesia, dan sangat penting bagi Harimau, Gajah, dan Orangutan. Di Sulawesi, WCS berfokus pada lanskap di sekitar Taman Nasional Bogani Nani Wartabone di provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo.


Selengkpanya di : https://indonesia.wcs.org/en-us/About-Us/Vacancies/ID/21581/Conservation-Science-Officer.aspx

Anak Gajah Sumatera Mati Terlilit Tali Hingga Infeksi Di Pelalawan

 

RIAU ONLINE, PEKANBARU – Seekor anak gajah liar Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) mati usai kaki kanannya terlilit benang nilon hingga infeksi. Anak gajah malang itu ditemukan mati di Kabupaten Pelalawan, Selasa, 28 November 2023.

Gajah jantan berusia 2 tahun dengan berat 500 kg itu mati setelah tim medis berusaha beberapa kali melakukan perawatan terhadap kaki kanannya yang mengalami infeksi karena terjerat nilon.

Kepala Bidang Teknis Balai Besar KSDA Riau, Ujang Holisudin mengatakan pihaknya menerima laporan bahwa seekor anak gajah liar telah tertinggal hingga terpisah dari kelompoknya diduga karena sakit.

“Selanjutnya, tim Wildlife Rescue Unit (WRU) BBKSDA Riau dari tenaga medis dan perawat gajah bekerjasama dengan para pihak di lapangan melakukan tindakan medis pertama,” ujar Ujang.

Berdasarkan observasi tim medis setelah proses pembiusan, teridentifikasi bahwa gajah tersebut berkelamin jantan dengan umur sekitar 2 tahun dan perkiraan bobot badan sekitar 500 kg.

Selain itu, terdapat lilitan tali nilon pada kaki kanan depan gajah yang diduga sudah lama terpasang sehingga membuat luka sangat dalam hingga menyisakan persendian dan infeksi.

Terhadap luka tersebut, pihak BBKSDA dan tim medis melakukan pengobatan dengan memberikan obat antibiotik, anti inflamasi, vitamin dan infus hingga pemberian antidota sehingga gajah kembali sadar dan bergerak agresif.

“Hasil observasi tim medis diketahui bahwa kondisi kaki kanan Gajah di bagian persendian yang luka tersebut semakin merenggang karena otot dan tendornya sudah putus serta terlihat seperti akan lepas,” terang Ujang.

Tim selanjutnya melakukan pemantauan dari jarak aman terdekat dan sekitar pukul 14.30 WIB, kelompok gajah lainnya bergerak sedikit jauh dari gajah yang terluka dan seketika itu Tim mendekati anak gajah yang sedang berendam.


Baca selengkapnya di https://www.riauonline.co.id/kota-pekanbaru/read/2023/11/28/anak-gajah-sumatera-mati-terlilit-tali-hingga-infeksi-di-pelalawan

KONSERVASI GAJAH : Bayi Gajah Sumatera Lahir di Way Kambas

BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Seekor bayi gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) berjenis kelamin jantan lahir di Camp Elephant Response Unit Wilayah II Bungur, Taman Nasional Way Kambas, Lampung Timur, Lampung, pada Sabtu (11/11/2023). Kelahiran gajah ini memberi harapan bagi upaya konservasi gajah sumatera di tengah ancaman kepunahan satwa liar tersebut.

Koordinator Elephant Response Unit TN Way Kambas Nazaruddin menuturkan, bayi gajah tersebut dilahirkan dari gajah induknya, Riska, pada Sabtu, sekitar pukul 05.30 WIB. ”Bayi gajah ini adalah anak kedua gajah Riska yang merupakan hasil perkawinan dengan gajah jantan bernama Aji di Camp ERU,” kata Nazaruddin saat dihubungi dari Bandar Lampung, Sabtu siang.

Seekor bayi gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) berjenis kelamin jantan lahir di Camp Elephant Response Unit Wilayah II Bungur, Taman Nasional Way Kambas, Lampung Timur, Lampung, pada Sabtu (11/11/2023). (Foto : Nazaruddin untuk Kompas)

 

Menurut Nazaruddin, saat ini, kondisi induk gajah ataupun bayi gajah dalam kondisi sehat. Bayi gajah lahir dengan berat 108 kilogram. Sesaat setelah lahir, anak gajah itu sudah bisa berdiri, berjalan, dan menyusu dengan induknya. Induk dan bayi gajah itu masih dalam pengawasan tim dokter.

Sebelumnya, kata Nazaruddin, gajah Riska melahirkan anak pertamanya pada 2017. Anak gajah betina yang diberi nama Linda itu kini telah berusia enam tahun dan tumbuh sehat di Camp ERU.

Kelahiran bayi gajah ini merupakan yang pertama di Camp ERU sepanjang tahun 2023. Namun, saat ini, masih ada dua gajah betina lain yang sedang hamil. Dua bayi gajah diprediksi lahir di Camp ERU tahun depan.

Bayi gajah yang baru lahir tengah menyusui induknya Riska (Foto : Nazaruddin)

 

Dengan kelahiran anak gajah itu, saat ini jumlah gajah yang dipelihara di tiga lokasi Camp ERU berjumlah 28 ekor. Menurut dia, kelahiran bayi gajah ini merupakan keberhasilan upaya pengembangbiakan gajah jinak di alam liar.

Selama ini, tim dokter berupaya mengawinkan gajah jantan dengan gajah betina yang ada di sana secara alami di kandang kawin. Namun, tim masih kesulitan mendeteksi tanpa-tanda berahi pada gajah betina melalui pemeriksaan ultrasonografi. ”Petugas hanya dapat memperhatikan perubahan perilaku gajah yang lebih agresif saat masa kawin,” katanya.

Kelahiran gajah di Camp ERU Way Kambas juga memberi harapan bagi upaya konservasi satwa langka tersebut. Saat ini gajah sumatera masih dalam ancaman kepunahan akibat aktivitas perburuan liar ataupun kematian.

Berdasarkan catatan Kompas, sepanjang tahun 2023, ada dua gajah yang mati di TN Way Kambas. Pada Juni 2023, seekor gajah jantan bernama Mambo, yang dipelihara di Pusat Latihan Gajah, TNWK, ditemukan mati di kandang. Gajah jinak berusia 45 tahun tersebut diduga mati karena sakit.
Sementara pada Agustus 2023, seekor gajah liar ditemukan mati di hutan TNWK. Gajah mati itu ditemukan dalam kondisi terdapat lubang di tubuhnya dan tak ada gading.

Secara terpisah, Sukatmoko dari Humas Taman Nasional Way Kambas mengatakan, pihaknya terus mengupayakan pengembangbiakan gajah jinak, baik di Camp ERU maupun di PLG TN Way Kambas. Saat ini, jumlah gajah jinak yang dipelihara di PLG TN Way Kambas sebanyak 34 ekor.
Sepanjang tahun 2023, satu ekor bayi gajah lahir di PLG TN Way Kambas. Anak gajah berjenis kelamin jantan ini lahir dari induk bernama Suli pada 8 April 2023.

Saat ini, anak gajah yang memasuki usia tujuh bulan itu tumbuh sehat bersama induknya dalam pengawasan tim dokter hewan dari TN Way Kambas.

Satwa langka

Pelaksana Tugas Kepala Balai TNWK Hermawan, beberapa waktu lalu menyampaikan, TNWK menjadi benteng pelestarian beberapa satwa langka, khususnya gajah sumatera dan badak sumatera. Untuk mendukung upaya konservasi satwa liar tersebut, pengelola TNWK menjalankan program patroli untuk mengamankan kawasan hutan.

Selain itu, pihaknya juga mengajak masyarakat sekitar TNWK untuk turut menjaga hutan. Keterlibatan masyarakat ini penting karena TNWK berbatasan langsung dengan 38 desa penyangga.

Saat ini, ancaman bagi upaya pelestarian satwa liar adalah aktivitas perburuan liar dan kebakaran hutan. Di TN Way Kambas, para pemburu liar diduga sengaja membakar kawasan hutan, khususnya di area sabana atau padang rumput.

Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan tunas-tunas muda tumbuhan yang merupakan makanan bagi satwa liar. Saat tunas muda tumbuhan itu tumbuh, satwa liar, khususnya rusa akan mendekat ke area padang sabana dan kemudian diburu.

(VIO)

Satu Pemburu Satwa Liar yang Diduga Bakar TN Way Kambas Ditangkap

Lampung Timur – Satu pemburu satwa di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) ditangkap Polres Lampung Timur. Pelaku merupakan DPO yang telah diburu.
Identitas pelaku yang diamankan bernama Mispan (59) warga Desa Rantau Jaya Udik II, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Lampung Timur.

Kapolres Lampung Timur, AKBP Rizal Muchtar mengatakan Mispan ditangkap pada Selasa (10/10/2023) lalu di rumahnya. Mispan ditangkap setelah sebelumnya petugas berhasil menangkap pelaku bernama Saleh beberapa bulan lalu.

“Satu DPO berinisial M berhasil kami tangkap, dia merupakan pemburu satwa di TNWK,” kata Rizal kepada detikSumbagsel, Kamis(12/10/2023).

“Pada Februari lalu, pelaku berinisial S kami tangkap di dalam hutan. Rupanya dari keterangannya, ada dua pelaku lainnya yang berhasil melarikan diri yakni M dan D. Untuk D ini masih kami lakukan pengejaran,” lanjutnya.

Disinggung apakah Mispan merupakan pelaku pembakaran lahan Taman Nasional Way Kambas beberapa waktu lalu, Rizal menjelaskan hal tersebut masih didalami.

“Kita masih melakukan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan, belum bisa kita simpulkan,” imbuhnya.

Dari penangkapan pelaku, sejumlah barang bukti turut diamankan. Yakni satu senjata api laras panjang, 32 butir amunisi kaliber 5.56 mm, serta sebilah golok.


Sumber : https://www.detik.com/sumbagsel/hukum-dan-kriminal/d-6978751/satu-pemburu-satwa-liar-yang-diduga-bakar-tn-way-kambas-ditangkap