Konflik Manusia dan Gajah, Warga di Bengkalis Tewas Diserang

Kitakini.news -Konflik manusia dan satwa liar kembali terjadi di Provinsi Riau. Seorang warga dilaporkan tewas diserang Gajah Sumatera di Kabupaten Bengkalis, Riau.

Peristiwa tragis ini terjadi di Desa Tasik Serai, Kecamatan Talang Mandau, Kabupaten Bengkalis, Rabu (6/8/2025). Korban seorang ibu rumah tangga bernama Natalia Manalu mendengar suara gajah.

Kepala BBKSDA Riau, Supartono belum lama ini mengatakan kalau korban berniat mengusir dari lahan pertaniannya.

Ketika mencoba mengusir gajah tersebut, gajah tersebut justru menjadi agresif dan mengejar korban dan suaminya, Oslen Panjaitan. Oslen berusaha mengalihkan perhatian gajah dari istrinya dengan memprovokasinya.

Gajah itu kemudian mengejar Panjaitan hingga dia terjatuh ke dalam parit. Gajah yang marah tersebut kemudian beralih ke korban yang sedang memegang senter. Ketika melihat gajah agresif tersebut mendekat, korban berusaha lari, namunjustru diserang satwa mamalia ini dan meninggal dunia di tempat.

Dikatakannya Natalia diinjak gajah jantan soliter yang biasa hidup menyendiri. BBKSDA Riau sudah menurunkan tim untuk melacak keberadaan gajah liar.

Lokasi merupakan kawasan hutan produksi yang menjadi jalur perlintasan Gajah Sumatera. Konflik gajah dan manusia terjadi di Riau setiap tahun. Peristiwa ini disebabkan perluasan areal perkebunan, habitat yang berkurang dan gajah kesulitan mendapatkan makanan.


Sumber : https://www.kitakini.news/news/22021/konflik-manusia-dan-gajah-warga-di-bengkalis-tewas-diserang/

Pedagang Cilok Diserang Gajah Liar di Lampung Timur, Mau Mancing Malah jadi Malapetaka

LAMPUNG, KOMPAS.com – Seorang pedagang cilok diserang gajah liar saat hendak pergi memancing di Kabupaten Lampung Timur, Minggu (10/8/2025) petang. Korban bernama Kardi (55), warga Desa Braja Indah, kini masih dirawat di Rumah Sakit Sukadana akibat luka yang dideritanya.

Kepala Dusun 5 Desa Braja Asri, Roni, mengatakan peristiwa itu terjadi di perladangan desa, tepatnya di luar kawasan hutan Taman Nasional Way Kambas (TNWK).

“Lokasi peristiwa terjadi bukan di dalam kawasan (hutan) tapi masih di wilayah desa,” kata Roni, dihubungi dari Bandar Lampung, Senin (11/8/2025).

Roni menceritakan, sebelum serangan terjadi, Kardi bersama rekannya sedang dalam perjalanan menuju sungai untuk memancing. Saat melintas di perladangan, tiba-tiba seekor gajah liar muncul dan mengadang mereka.

Korban dan rekannya sempat mundur perlahan untuk menghindari gajah tersebut. Namun, hewan itu justru mengejar hingga keduanya berlari ratusan meter.


Baca selengkapnya di sumber : Kompas

Kupas Tuntas – Ribuan Peserta Meriahkan Gajah Fest 2025, Ela Siti Nuryamah Ajak Masyarakat Hidup Harmonis dengan Gajah

Kupastuntas.co, Lampung Timur – Festival Gajah Fest 2025
yang dipusatkan di Seksi I, Resort Way Kanan, Taman Nasional Way Kambas (TNWK),
Lampung Timur, Minggu (10/8/2025), berlangsung meriah. Sebanyak 1.200 peserta
mengikuti lomba lari maraton sejauh lima kilometer yang menjadi agenda utama.

Kegiatan ini merupakan bagian dari peringatan Hari
Konservasi Alam Nasional (HKAN) dan Hari Gajah Sedunia. Pemerintah Kabupaten
Lampung Timur bersama komunitas, mitra konservasi, dan pelaku usaha menggelar
festival untuk menggaungkan pesan hidup berdampingan dengan gajah sumatera.

Bupati Lampung Timur, Ela Siti Nuryamah, hadir langsung
membuka kegiatan. Ia menegaskan bahwa Gajah Fest 2025 bukan sekadar perayaan,
melainkan wujud komitmen menjaga keberlangsungan satwa langka.

“Gajah adalah bagian dari identitas Lampung Timur. Kita
tidak hanya hidup di sekitar habitatnya, tapi juga memiliki tanggung jawab
untuk melindunginya. Gajah Fest ini menjadi ruang untuk menguatkan kesadaran
masyarakat,” ujar Ela Siti Nuryamah.

Selain maraton, Gajah Fest 2025 juga diramaikan lomba
mewarnai untuk anak-anak bertema pelestarian gajah. Panitia menyediakan
berbagai hadiah menarik dan doorprize sebagai apresiasi bagi para peserta.

Kegiatan ini dihadiri Wakil Gubernur Lampung Jihan Nurlaela,
Kapolres Lampung Timur AKBP Heti Patmawati, Ketua DPRD Lampung Timur Rida Rotul
Aliyah, dan Wakil Bupati Lampung Timur Azwar Hadi. Kehadiran para pejabat ini
memperkuat dukungan lintas sektor terhadap konservasi.

Bupati Ela menambahkan, penyelenggaraan Gajah Fest di tengah
kawasan konservasi adalah simbol harmonisasi antara manusia dan alam. “Kita
ingin tunjukkan bahwa pariwisata, olahraga, dan edukasi bisa berjalan
beriringan dengan konservasi,” katanya.

Peserta maraton tidak hanya datang dari Lampung Timur,
tetapi juga dari berbagai kabupaten dan provinsi lain. Mereka memadati jalur
lari yang melintasi pemandangan khas TN Way Kambas, dengan udara segar dan
suasana alami.

Menurut Bupati, keterlibatan peserta dari luar daerah
menjadi bukti bahwa Gajah Fest juga berpotensi menggerakkan sektor ekonomi
melalui kunjungan wisata. “UMKM lokal kita ikut merasakan dampaknya,” ujar Ela.

Di sela kegiatan, pengunjung dapat menikmati bazar UMKM yang
menjual aneka produk lokal, mulai dari makanan khas, kerajinan tangan, hingga
suvenir bertema gajah. Ada pula pameran foto konservasi dan panggung musik
komunitas.


Baca selengkapnya di sumber: https://kupastuntas.co/2025/08/10/ribuan-peserta-meriahkan-gajah-fest-2025-ela-siti-nuryamah-ajak-masyarakat-hidup-harmonis-dengan-gajah

 

*FKGI Serukan Aksi Nyata Selamatkan Habitat Gajah di Taman Nasional Tesso Nilo*

Pekanbaru, 24 Juni 2025 — Forum Konservasi Gajah Indonesia (FKGI) menyerukan tindakan segera untuk menyelamatkan dan memulihkan habitat gajah sumatera di Taman Nasional Tesso Nilo, Provinsi Riau. Kawasan hutan ini merupakan kantong habitat terbesar populasi gajah sumatera di Riau, namun saat ini menghadapi tekanan berat akibat alih fungsi lahan, perambahan, dan meningkatnya konflik antara manusia dan satwa liar.

“Gajah sumatera adalah satwa yang sangat penting, tidak hanya dari sisi keanekaragaman hayati, tetapi juga sebagai penanda kesehatan ekosistem hutan. Jika kita kehilangan mereka di Tesso Nilo, kita kehilangan lebih dari sekadar satu spesies — kita kehilangan keseimbangan alam,” tegas Donny Gunaryadi, Ketua FKGI.

Luas hutan alami di Tesso Nilo menyusut drastis, lebih dari 60% kawasan terdampak aktivitas ilegal. Populasi gajah di kawasan ini diperkirakan tinggal 150 individu dan jumlahnya terus menurun. Hilangnya habitat alami berdampak pada meningkatnya perjumpaan dengan manusia yang memicu konflik manusia-gajah dan perburuan. Situasi ini mengancam keselamatan manusia dan satwa.

Koordinator Bidang Advokasi dan Kebijakan FKGI Dewa Gumay menambahkan, “Kunci keberhasilan konservasi di Tesso Nilo ada pada kolaborasi multipihak, termasuk penguatan kebijakan, penegakan hukum, dan pemberdayaan masyarakat lokal. Kita butuh pendekatan berbasis lanskap dan partisipasi nyata dari semua pemangku kepentingan.”

FKGI merekomendasikan adanya aksi kolektif melalui :
1. Restorasi habitat melalui rehabilitasi kawasan yang terdegradasi.
2. ⁠Penegakan hukum yang tegas terhadap aktivitas perambahan dan pembalakan liar.
3. Penguatan peran masyarakat lokal melalui insentif konservasi dan alternatif mata pencaharian.
4. Pendekatan bentang alam dalam pengelolaan konservasi, melampaui batas administratif Taman Nasional.
5. Monitoring populasi gajah secara berkala dengan dukungan teknologi dan ilmu pengetahuan.

FKGI mengajak seluruh pihak baik pemerintah, korporasi, lembaga swadaya masyarakat, akademisi, media, dan masyarakat luas untuk mendukung pelestarian Tesso Nilo sebagai warisan alam dan benteng terakhir bagi kelestarian gajah sumatera di Riau.

“Pelestarian Tesso Nilo bukan hanya tanggung jawab satu lembaga, ini adalah tugas kita bersama. Gajah adalah harga diri Sumatera, dan kita tidak boleh tinggal diam melihat mereka kehilangan tempat hidupnya,” pungkas Donny.

30 Ekor Gajah Mengancam, BKSDA Aceh Tengah Dinilai Lamban Bertindak

Aceh Tengah, zattoday.net – Sebanyak 30 ekor gajah Sumatera terlihat melintas di pemukiman warga Desa Paya Tampu, Kecamatan Rusip Antara, Kabupaten Aceh Tengah, pada Sabtu (31/5/2025). Gajah-gajah tersebut melintas di Sungai Pamar dan menyeberang melewati kebun dan pemukiman warga. Minggu, 1 Juni 2025.

Kepala Desa Tanjung, Bukhari, mengungkapkan bahwa kejadian tersebut telah dilaporkan ke pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah 5 Takengon. Namun, hingga saat ini, tidak ada respon yang signifikan dari pihak BKSDA.

“Kita sudah sampaikan ke pihak BKSDA untuk permasalahan ini agar ada penanganan khusus, namun tidak ada respon yang sampai saat ini,” ungkap Bukhari.

“Kami berharap agar pihak terkait dan pemerintah dapat memberikan penanganan khusus untuk permasalahan gajah ini,” harap Bukhari.

Bukhari juga mengimbau agar masyarakat Kemukiman Pameu tetap waspada saat beraktivitas ke kebun mengingat kawanan gajah masih berada di wilayah tersebut.

“Kami berharap masyarakat tetap waspada dan berhati-hati saat beraktivitas di kebun,” imbau Bukhari.

Keterlibatan BKSDA dalam menangani permasalahan gajah ini sangat diharapkan oleh warga, mengingat kerusakan yang disebabkan oleh kawanan gajah tersebut dapat berdampak signifikan pada kehidupan warga.


Baca selengkapnya di sumber : https://zattoday.net/30-ekor-gajah-mengancam-bksda-aceh-tengah-dinilai-lamban-bertindak/

Gajah Mati, Tim Kementerian Kehutanan dihadang para Perambah

Merespon kejadian aksi kekerasan penghadangan dan pengusiran oleh kelompok perambah, di wilayah ekosistem Bukti Tiga Puluh terhadap Tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi dan mitranya yang akan melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) atas laporan penemuan bangkai gajah pada tanggal 26 April 2025 di wilayah Simpang Bujang, Blok 1- PT Alam Bukit Tigapuluh (ABT), Annisa Rahmawati Senior Wildlife Campaigner Geopix menyatakan ”Geopix mengutuk dengan keras tindakan anarkis perambah yang menghalangi misi tim pemerintah untuk melakukan penyelidikan mengungkap kasus kematian gajah Sumatera. Geopix mendukung dilakukannya investigasi dan penegakan hukum terhadap kejadian ini, serta penanganan yang tegas terhadap masalah perambahan di wilayah ekosistem Bukit Tigapuluh”.

 “Skala perambahan di wilayah ekosistem ini sudah sangat masif dan tidak bisa ditolerir lagi, karena sudah mengancam kehidupan Gajah Sumatera yang hanya tersisa kurang dari 120 ekor juga satwa liar kharismatik lainnya yang semakin terdesak habitatnya dan semakin menjerumuskan mereka ke jurang kepunahan” pungkas Annisa.


Selengkapnya baca di sumber : https://geopix.id/2025/04/28/gajah-mati-tim-kementerian-kehutanan-dihadang-para-perambah/ 

Seekor gajah ditemukan mati di areal perkebunan sawit Langkat

Langkat (ANTARA) – Seekor gajah ditemukan mati di areal kawasan perkebunan kelapa sawit milik PT Rapala Afdeling 5 di Desa Bukit Mas, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).

Temuan gajah mati yang diperkirakan berusia 12 tahun tersebut langsung dilaporkan ke Polsek Besitang dan petugas TNGL oleh warga setempat.

Asril, salah seorang warga di Langkat, Minggu, mengatakan gajah berjenis kelamin jantan itu diperkirakan sudah mati beberapa hari yang ditandai dengan bau bangkai menyengat dari tubuh gajah.

Tidak ada bekas luka atau tanda penganiayaan di tubuh gajah itu. “Kedua gading gajah juga masih ada dua, lengkap,” katanya.Relawan dari Sumatera Rescue Aliance dan Yayasan Sumatera Hijau Lestari serta dokter hewan didampingi Polsek Besitang telah turun ke lokasi untuk mengambil sample isi lambung dan usus untuk dikirim ke Laboratorium Pusat Studi Satwa Primata di Bogor, guna dilakukan pemeriksaan secara toksikologi untuk mengetahui penyebab pasti kematian gajah tersebut.

Bangkai gajah sudah dikuburkan oleh tim relawan tak jauh dari lokasi penemuan bangkainya, sedangkan kedua gading gajah sudah diamankan petugas.


Baca selengkapnya di sumber: https://www.antaranews.com/berita/4754001/seekor-gajah-ditemukan-mati-di-areal-perkebunan-sawit-langkat

Gajah Rusak 32 Gubuk di Register 39 Sejak Minggu, Pihak Terkait Belum Hadir

LAMPUNG, HELOINDONESIA.COM — Gerombolan gajah yang teridentifikasi Kelompok Bunga sedikitnya telah merusak 32 gubuk ketika melintas di Register 39 yang kini berstatus kawasan Hutan Kemasyarakatan (HKM) Binaan Pekon Karang Agung, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung.

Gajah-gajah tersebut merusak 25 gubuk pada Minggu (2/3/2025), pukul 20.00 WIB lalu 7 gubuk pada Senin (3/3/2025), Informasi lainnya, gajah telah merusak total 38 gubuk petani HKM.

Kepala Pekon (Kakon) Karang Agung, Rohmat Amin, telah menurunkan Satgas Satwa Liar Pekon Karang Agung, Selasa (4/3/2025), belum ada aksi nyata pihak terkait walau telah melapor ke Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).

Hanya anggota Polsek Semaka, Kanit Binmas Bripka Herman yang membantu Satgas Pekon sejak Senin (3/3/2025) untuk menghalau gajah. Namun, mereka sempat kehabisan mercon untuk membuat kegaduhan agar gajah-gajah masuk lebih dalam TNBBS.

Justru, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tanggamus merespons cepat laporan kekurangan amunisi mercon yang digunakan untuk menggiring kawanan gajah liar yang memasuki pemukiman warga.

 

Kepala BPBD Tanggamus, Irvan Wahyudi, mengatakan bahwa pihaknya segera mengirimkan bantuan mercon untuk mendukung tim penggiring gajah yang bertugas di lapangan, Selasa (4/3/2025). (Miki)

Masyarakat Serahkan Kotoran Gajah dan Pohon Sawit Kepada Pemerintah Aceh Jaya

SERAMBINEWS.COM, CALANG – Ratusan masyarakat dari berbagai Gampong di Kecamatan Pasie Raya, Aceh Jaya menggelar unjuk rasa.

Unjuk rasa itu dilakukan di depan kantor Bupati Aceh Jaya kawasan kompleks perkantoran Calang, Gampong Keutapang, kecamatan Krueng Sabee.

Aksi itu dilakukan sebagai upaya meminta kepada pemerintah untuk memberikan respon positif dan gerak cepat dalam penanganan konflik gajah dan manusia yang terjadi di kecamatan Pasie Raya.

Amatan Serambinews.com, para pengunjuk rasa turut membawa kotoran gajah dan pohon sawit yang dirusak gajah.

Kedua barang itu yang dibawa sebagai bentuk kekecewaan atas pemerintah Aceh Jaya yang dinilai lamban dan sangat tidak peduli terhadap pemerintahan.

Dalam aksi itu, pengunjuk rasa juga menyerahkan cindera mata berupa pohon sisa makanan gajah kepada pemerintah yang diterima Pj Bupati Aceh Jaya.(*)


Selengkapnya di : https://aceh.tribunnews.com/2025/01/14/masyarakat-serahkan-kotoran-gajah-dan-pohon-sawit-kepada-pemerintah-aceh-jaya

10 Gajah di BNWS Padang Lawas Kurus karena Malanutrisi, 4 Ekor Mati

KOMPAS.com – Krisis keuangan yang melanda Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS) di Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara, telah menyebabkan kondisi 10 gajah Sumatera yang tersisa menjadi kurus akibat kekurangan makanan. Para mahout yang sebelumnya merawat gajah-gajah tersebut juga diberhentikan.

Masalah keuangan yang berlangsung selama bertahun-tahun ini bahkan telah mengakibatkan empat gajah mati.

“Kami telah melakukan upaya sesuai dengan ketentuan. Ini kami mau rapat membahas hal itu,” kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumut, Novita Kusuma Wardani, Kamis (9/1/2024), dikutip dari Kompas.id. Novita mengatakan, mereka telah melakukan penanganan khusus pada BNWS. Namun, Novita menyatakan belum bisa menjelaskan detail penanganan yang sedang mereka lakukan. 

Henry mengungkapkan bahwa biaya operasional untuk setiap gajah mencapai sekitar Rp 18 juta per bulan. Dengan 10 gajah jinak yang dirawat di BNWS, mereka membutuhkan dana sebesar Rp 180 juta setiap bulan.

Krisis keuangan sejak 2022

Krisis pengelolaan di BNWS sudah terjadi sejak 2022 dan belum bisa ditangani hingga saat ini.


Baca selengkapnya di : https://regional.kompas.com/read/2025/01/10/170803378/10-gajah-di-bnws-padang-lawas-kurus-karena-malanutrisi-4-ekor-mati